الخميس، 20 أكتوبر 2016

Cara Mudah Belajar Nahwu

Syaikh Shalih Al 'Ushaimi dalam salah satu dars-nya menjelaskan bahwa ilmu nahwu itu mudah, jika cara belajarnya benar. Di antara cara belajar yang benar adalah dengan:

1. Memfokuskan pada bab yang sedang dibahas dan tidak beralih ke bab yang lain meskipun memungkinkan. Contoh: ketika bab Fa'il, diberikan contoh jaa-a Muhammadun. Maka guru hanya menjelaskan fa'il-nya saja (Muhammadun) berikut hukum2nya, tidak menjelaskan fi'il-nya (jaa-a) atau yang lainnya. Karena bolak-balik menjelaskan bab yang berbeda dalam satu waktu, akan melemahkan pemahaman.

2. Membaca kitab-kitab ulama yang telah diberi harakat, terutama oleh penulisnya sendiri, bukan oleh percetakan. Di antara kitab-kitab tersebut adalah yang ditulis oleh Syaikh Abdul Aziz As Salman -rahimahullah- dimana beliau mengharakati kitabnya dengan tangan beliau sendiri.

3. Tidak pernah lepas dari penerapan nahwu ketika membaca. Setiap menjumpai kalimat, ia mencoba meng-i'rab-nya.

4. Niatkan belajar nahwu untuk bisa memahami Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya, dengan itu akan dimudahkan baginya.

Allah Ta'ala berfirman: وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran untuk menjadi pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? (QS Al Qamar: 17)

Pesan lain dari beliau, hendaknya seseorang bersikap tawadhu' dengan ilmu yang sudah dipelajari dan dipahaminya, karena keterampilan lisan bisa membuat seseorang menjadi sombong dan takabur. Itu sebabnya sebagian pengarang kitab nahwu mengakhiri bukunya dengan bab khafdh (atau jar menurut istilah bashriyyun), yang maknanya adalah "menjadikan rendah", maksudnya supaya yang mempelajarinya bersikap rendah hati atas ilmu yang telah dikuasainya.

Sumber: https://www.facebook.com/ristiyan.ragil/posts/10154508104238190

الاثنين، 19 سبتمبر 2016

Murajaah 5 Juz Per Hari itu Ternyata Sangat Mudah. Begini Caranya!

Oleh: Umarulfaruq Abubakar

Beberapa hari yang lalu saya menjumpai guru saya, Syekh Asran Jabir Asran, di Ma'had Isy Karima, Karanganyar. Saya datang untuk setoran hafalan Surah Ali Imran.

Setelah setoran saya bertanya kepada beliau,
"Syekh, untuk murajaah baiknya berapa juz perhari?"
"Minimal 5 juz" jawab beliau dengan cepat

5 juz ya... Saya 1 juz pun kadang kala masih sulit, kata saya di dalam hati.

"Waktunya kapan, Syekh?" tanya saya lagi
"Kapan saja. Gak perlu banyak waktu kok. 1 Jam cukup" kata Syekh.
"1 Jam 5 Juz?" tanya saya dengan heran

"Kenapa? Jangankan 5 juz. 1 Jam 10 Juz pun cukup" kata Syekh Asran
"Mustahil..." kata saya sambil tertawa
"Mustahil? Saya biasa kok..."
"Bagaimana bisa?" saya semakin takjub

"Saya kasih contoh. Kalau ada yang berangkat ke Jakarta naik kuda, yang satunya naik bis, satunya naik kereta, satunya naik pesawat. Mana yang paling cepat sampai?"
"Tentu yang pakai pesawat"
"Betul. Kullamaa kamulatil quwwah, iqtarabatil masaafah. Semakin sempurna kekuatan sebuah kendaraan, semakin dekat perjalanan" kata Syekh Asran."Begitu pula dalam menghafal Al Quran. Semakin kuat hafalan, maka akan semakin singkat waktu yang kita perlukan dalam murajaah"

"Ya Syekh, itu murajaah sejam 5 juz-10juz dengan bersuara atau tidak (dalam hati saja)?" tanya saya semakin penasaran.
"Dengan bersuara" jawab beliau.. "Nah dengar ya, saya contohkan.."

Lalu Syekh Asran membaca dengan hafalan 1 rubu' surah Ali Imran itu dengan cepat, bacaannya jelas dan tajwidnya pun tepat.

"Nah, saya bisa selesai 1 rubu dalam waktu kurang dari 1 menit" kata beliau setelah selesai membacanya.
"Kalau 1 rubu' bisa saya baca dalam kurang dari 1 menit, itu berarti untuk baca 1 juz saya hanya perlu waktu 7 menit" kata Syekh Asran yang membuat saya semakin takjub, seakan tidak percaya, tapi saya lihat hal ini benar-benar di depan mata saya.

Saya mulai berfikir dalam hati. Kalau satu juz 7 menit, maka 5 juz cukup 35 menit. Satu jam lebih 10 menit selesai 10 juz. Ternyata satu jam memang cukup untuk membaca 10 juz.

"Saya biasa kok saya khatam dua kali dalam sehari" kata Syekh Asran lagi yang membuat hati semakin bergelora.

"Ya Syekh, apakah kelancaran hafalan antum dengan bacaan riwayat lainnya, seperti lancarnya antum membaca dengan riwayat Hafsh?" tanya saya lagi. Sebab saya tau Syekh Asran menguasai riwayat Warasy, Qalun, Abu Amr, Ibnu Katsir, dan riwayat lainnya. Beliau menguasai qiraat asyrah baik yang dari jalur Syathibiyah maupun jalur Thayyibatun Nasyr.

"Setiap kali saya khatam murajaah dengan satu riwayat, saya segera mulai lagi dengan riwayat yang lainnya" jawab beliau sambil tersenyum...

Ikhwah sekalian, 7 menit ternyata sangat berharga kalau kita manfaatkan untuk tilawah dan murajaah Al Quran. Tapi kalau untuk ngobrol dan bermain hape, 7 menit itu sangat sangat kurang dan rasanya seperti tidak ada artinya sama sekali.

Satu jam pun rasanya kurang ketika sudah mulai membaca postingan di grup-grup wa dan membaca status orang lain di facebook. Apalagi ketika komentar kita mendapatkan respon, maka tidak putus-putusnya berbalas komen, lengkap dengan emoticon-emoticonnya.

Maka, bila ingin waktu lebih berharga dan hidup berkah, kita mulai dengan menguatkan hati. Kuatkanlah hatimu, simpanlah hapemu itu sesaat saja. Fokuslah dalam tilawah dan murajaah. Berjuanglah memperlancar hafalan, karena kelancaran hafalan adalah kunci kenikmatan.

"Menghafal Al Quran itu nikmat" kata Ust Baidun Makenun, "bagi yang hafalannya lancar. Kalau tidak lancar, ya tidak nikmat"

Pulang dari rumah Syekh Asran, semangat saya meletup-letup. Saya jadi semangat murajaah. Target 5 juz perhari, walaupun tidak mesti 5 juz yang berbeda. Bisa saja baca 1 juz diulangi 5 kali sehingga menjadi 5 juz, supaya yang satu juz itu semakin lancar.

Dan saya pun merasakan kenikmatan dan ketenangan yang luar biasa.
Beda rasanya satu jam yang dilalui bersama Al Quran dengan satu jam yang dihabiskan bersama facebook dan whatsapp.

Bedanya apa?
Rasakan saja sendiri...

Taman Al Quran
www.hafalalquran.com

الجمعة، 26 أغسطس 2016

4 Tahap Menuju Nikmatnya Tilawah Al-Quran


1. DIPAKSA

Paksakan diri untuk terus bisa tilawah tiap hari, suka atau tidak, ringan ataupun berat, cepat atau lambat asal jangan terlewat, terus paksakan diri.

2. KEBIASAAN

Beberapa bentuk paksaan akan berubah menjadi 'kebiasaan'. Kita akan merasa aneh jika tidak tilawah sehari saja.

3. KEBUTUHAN

Kebiasaan yg terus di lakukan akan berubah menjadi 'kebutuhan'. Di tahap ini sudah mulai tumbuh benih-benih cinta tilawah, akan merasa rugi jika tidak bisa tilawah.

4. KENIKMATAN

Pada tahap ini tilawah sudah menjadi 'candu'. Tilawah berlama lama adalah 'kenikmatan'. Sedangkan ketika terlewat tidak bisa tilawah akan membuat diri resah. Yang perlu kita lakukan adalah 'istiqomah' dan mengajak, memotivasi diri dan saudara-saudara lainnya untuk terus semangat dalam tilawah agar mereka pun dapat merasakan nikmatnya bertilawah.

INGAT! Kebaikan itu seperti pantulan bola, semakin semangat kita memantulkannya kepada yang lain, maka akan semakin kencang semangat yang akan kita terima. Kita sudah ditahap mana?

Ustadz Musyaffa Ad Dariny, M.A.

الأربعاء، 24 أغسطس 2016

Tanda Akhlak Mulia

Yusuf bin Asbath rahimahullah berkata:

علامة حسن الخلق عشرة أشياء:
١ - قلة الخلاف.
٢ - حسن الإنصاف.
٣ - ترك تطلب العثرات.
٤ - تحسين ما يبدو من السيئات
٥ - التماس المعذرة.
٦ - احتمال الأذى.
٧ - الرجوع بالملامة على نفسه.
٨ - التفرد بمعرفة عيوب نفسه دون عيوب غيره.
٩ - طلاقة الوجه.
١٠ - لين الكلام.

"Tanda akhlak mulia ada 10 perkara:

1. Jarang berselisih.
2. Baik dalam bersikap adil.
3. Meninggalkan tindakan mencari-cari kesalahan orang lain.
4. Berusaha memperbaiki keburukan-keburukan yang nampak.
5. Mencarikan udzur bagi orang yang salah.
6. Bersabar menghadapi gangguan orang lain yang menyakitkan.
7. Introspeksi dengan mencela diri sendiri yang juga penuh kekurangan.
8. Hanya sibuk mengurus aib-aib sendiri tanpa mengurusi aib orang lain.
9. Wajah ceria.
10. Lembut perkataannya."


📚 At-Tanwir Syarh al-Jami' ash-Shaghir, juz 5 hlm. 535

Dicopy dan dishare dari Muslim.or.id

الجمعة، 12 أغسطس 2016

Yufid Doesn’t Want To Be Cool, It Wants To Be Electricity

Mark gak pengen Facebook terlihat keren dan nge-trend terus. Itu gak penting bagi seorang Mark Zuckerberg. Dia pengen Facebook kayak listrik, yang walaupun sekarang orang-orang melihat listrik biasa-biasa saja, namun listrik dibutuhkan terus, ia menjadi bagian dari hidup sehari-hari.

Ini dia kata bang Mark:
“Maybe electricity was cool when it first came out, but pretty quickly people stopped talking about it because it’s not the new thing, the real question you want to track at that point is are fewer people turning on their lights because it’s less cool?”
Sumber: https://techcrunch.com/2013/09/18/facebook-doesnt-want-to-be-cool/

Inilah salah satu alasan juga kenapa Yufid tidak menggunakan headline yang clickbait di video-video Yufid.TV. Kita tidak ingin merusak image Yufid dan dakwah sunnah secara umum hanya disebabkan kata-kata bombastis di judul video. Kita ingin Yufid sustainable dan tidak ingin jadi sekedar masuk trending.

Jadi sama seperti Facebook, Yufid Doesn’t Want To Be Cool, It Wants To Be Electricity! Biidznillah...


الثلاثاء، 9 أغسطس 2016

Sekilas tentang Belajar di Mahad Haram

Banyak sekali pengalaman menarik di kota suci ini. Salah satunya saya dipertemukan Allah dengan salah seorang kawan belajar di Hadramaut dulu. Namanya Ahmad Basoleh. Beliau adalah menantu Syaikhuna Abdullah Al Mar'ie. 
Ahmad Basoleh sekarang berada di tahun kedua kuliahnya di Mahad Haram. Jika lancar, dua tahun lagi dia akan meraih gelar Bachelorius insya Allah. Selain kuliah, di pagi hari beliau mengajarkan Alquran di salah satu halaqoh di Masjid Nabawi. 
Ahmad memaparkan kepada saya bagaimana sistem pengajaran Alquran di sana. Yang cukup membuat saya kagum adalah ketika Ahmad bilang bahwa di Masjid Nabawi ada sekitar 600 halaqah ilmiyyah dengan lebih dari 2000 orang peserta. Untuk mengakomodir para pelajar, pemerintah menyediakan 150 bus untuk antar jemput mereka. Jadi mereka tinggal berkumpul di titik-titik tertentu yang tersebar di bebagai tempat di kota Madinah. Lalu mereka dijemput dan diantar kembali ke titik-titik tersebut. 
Untuk pengajaran Al-Quran, ternyata sistem yg diterapkan di sana bertahap. Tahapannya sebagai berikut: 
1. Tashih qiroah. 
Anak-anak diajarkan mengucapkan huruf dengan makhraj yang betul. 
2. Talqin 
Guru mentalqinkan ayat-ayat dengan makhraj dan tajwid yang benar. 
3. Tahfizh 
Ayat-ayat yang ditalqinkan dihafal dan disetorkan kepada pengajarnya. 
4. Muroja'ah 
Beberapa surat yang sudah dihafalkan disetorkan kembali secara berkala.
Setelah dia hafal Al-Quran semua dengan mutqin, dia baru bisa mengambil ijazah Al-Quran dengan riwayat Hafsh 'an Aashim bin Abi Nujud.
Selanjutnya si haafizh melanjutkan mempelajari qiroah 'asyarah. Dan yang terakhir barulah dia mempelajari qiroah syaadzah. Cukup panjang juga. Tapi banyak di antara peserta yang mulai belajar dari usia yang demikian dini. Di usia belasan sudah ada yang menyelesaikan semua tahapan masya Allah. 
Ayo yang punya anak, didik anaknya menjadi ahli Qur'an yuk. Minimal jadi hafizh Al-Quran, jangan kayak bapak ibunya yang cuma tamat kutubus sittah (iqro' jilid 1 sp 6)
Madinah, 5 Dzulqaedah 1437 H 8/8/2016 
Akhukum, Wira Mandiri Bachrun

الثلاثاء، 26 يوليو 2016

Kalian harus belajar dan belajar, karena...

Silsilah Nasehat Syaikh Hamid Akram Al-Bukhory hafizhahullah

Saat menunggu hidangan makan siang di Ciwidey, syaikh Hamid memberi nasehat pada kawan-kawan panitia yang turut menyertai beliau:

"Ya syabaab....
Iltizam dan Istiqomah dengan sunnah tidaklah cukup.

Ikut terlibat dalam kepanitiaan kajian juga belumlah cukup.

Kalian harus belajar dan belajar, karena ilmu adalah senjata yang akan membentengi kalian dari berbagai fitnah.

Jangan mengira bahwa saat kita duduk disamping orang berilmu lantas kita juga sama seperti mereka.

Belajarlah wahai ikhwaan..
Karena tugas pemuda setelah ia berhijrah adalah belajar.
Aku tak meminta kalian untuk masuk kuliah agama, tapi tetap belajarlah meskipun kalian kuliah difakultas umum.

Sebagai motivasi, aku ingin mengabarkan pada kalian bahwa  para pengajar Al-Quran dan ahli qiroat di masjid nabawi kebanyakan bukan lulusan fakultas Al-Quran.

Mereka justru lulusan FK dan Teknik. Ku harap kalian juga bisa mengikuti jejak mereka".

______
Ustadz Aan Chandra Thalib (ACT El-Gharantaly)
Situpatenggang 18-10-1437 H

Inspirasi dari Al-Rajhi, Milyarder Arab Saudi

Al-Rajhi, milyarder Saudi Berkisah:

Dahulu, hidup saya sangat susah alias faqir, sampai-sampai saya tidak bisa ikutan rihlah atau tamasya yang dilaksanakan oleh sekolah saya yang waktu itu biaya pendaftarannya hanya 1riyal saudi saja, walaupun saya sudah menangis-nangis memohon kepada keluarga agar saya dapat ikutan rihlah, tapi tetap saja kelurga saya tidak punya uang 1 riyal untuk mendaftarkan saya ikutan rihlah.

Sehari sebelum rihlah, saya berhasil menjawab sebuah pertanyaan yang dilontarkan guru di kelas, lalu guru itupun memberi saya uang satu riyal sebagai hadiah, diiringi tepuk tangan para murid-murid yang lain.

Pada saat itu, saya tidak lagi mikir apa-apa, selain berlari kencang untuk mendaftarkan diri ikutan rihlah. Duka nestapa saya terasa terbang seketika dan berubah total menjadi bahagia berkepanjangan selama berbulan-bulan.

Hari-hari sekolahpun berlalu, sayapun dewasa untuk melanjutkan kehidupan. Setelah melewati berbagai rintangan hidup, setelah bekerja keras selama bertahun-tahun dan berkat anugerah dari Allah sayapun sukses dan selanjutnya saya membuat yayasan sosial.

Setelah saya memulai bergerak di bidang amal sosial, saya kembali teringat kisah kecil saya, teringat kembali guru kecil saya orang Palestina itu, yang pernah memberi saya uang 1 riyal. Saya mulai mengingat-ingat, apakah beliau dahulu memberi saya uang 1 riyal itu sebagai sedakah atau kah hadiah karena saya sudah berhasil menjawab pertanyaannya. Yang jelas saya tidak mendapatkan jawaban yang pasti. Saya berkata di dalam hati, apapun motif dan niat sang guru, beliau sudah menyelesaikan problem besar saya saat itu tanpa membebankan siapa-siapa.

Oleh karenanya, saya mengunjungi kembali sekolah saya itu, lalu saya mendatangi kantor sekolah dan mencari tau keberadaan guru saya orang Palestina itu, sampai akhirnya saya mendapatkan jalan untuk menemuinya. Saya pun akhirnya merencanakan untuk menemuinya untuk mengetahui kondisinya saat saat ini.

Singkat kata, sayapun akhirnya dipertemukan Allah kembali dengan guru baik itu, dan kondisinya sangat susah, tidak lagi bekerja dan siap-siap pulang pulang kampung.

Selanjutnya, setelah saya memperkenalkan diri, saya katakan padanya bahwa saya punya hutang besar padanya pada beberapa tahun yang lalu. Guru saya ini kaget bukan kepalang, apa benar ada orang yang punya hutang pada saya, katanya.

Saya pun menjelaskan, apakah bapak masih ingat dengan murid bapak yang pernah bapak beri uang satu riyal karena murid bapak itu berhasil menjawab soal yang bapak lontarkan di kelas bapak saat itu?

Setelah berusaha mengingat-ingat, guru saya ini akhirnya tertawa, dan berkata: "Ya..ya...saya ingat. Jadi kamu mencari saya untuk mengembalikan uang 1 riyal itu?" "Ya pak." jawab saya.

Setelah sedikit berbincang, saya bawa beliau naik mobil dan kamipun beranjak. Selanjutnya, kami sampai ke tujuan, dan kendaraan kami berhenti tepat di depan sebuah Villa Indah. Kami keluar dari mobil dan memasuki Villa tersebut. Setelah berada di dalam Villa, saya menyampaikan niat saya kepada guru saya ini, "Pak, villa ini saya berikan kepada bapak untuk melunasi hutang saya dahulu plus mobil yang tadi kita naiki, dan gaji per bulan seumur hidup serta pekerjaan buat putra bapak di perusahaan saya."

Guru saya ini kaget bukan kepalang, dan berujar, "Tetapi ini terlalu banyak, nak?" "Percayalah pak, kegembiraan saya dengan 1 riyal yang bapak berikan pada saya saat itu lebih besar nilainya dibandingkan dengan 10 villa seperti ini, saya tidak akan dapat melupakan kebahagiaan itu sampai sekarang.", jawab saya.

***

Inilah buah dari didikan agama yang baik, tebarkan bahagia, ungkai duka nestapa sesama, dan tunggulah balasan terbaik dari-Nya. [Translated by: Kivlein Muhammad]

Inspirasi dari Ustadz Firanda: Mengejar & Meraih Mimpi (Faidah dari Imam Syafi'i)

Al-Imam As-Syafi'i rahimahullah berkata:

بقَدْرِ الكدِّ تُكتَسَبُ المَعَــالي ....ومَنْ طَلبَ العُلا سَهِـرَ اللّيالي

Ketinggian diraih berdasarkan ukuran kerja keras…
Barang siapa yang ingin meraih puncak maka dia akan begadang

ومَنْ رامَ العُلى مِن ْغَيرِ كَـدٍّ .....أضَاعَ العُمرَ في طَـلَبِ المُحَالِ

Barang siapa yang mengharapkan ketinggian/kemuliaan tanpa rasa letih, maka sesungguhnya ia hanya menghabiskan usianya untuk meraih sesuatu yang mustahil…

تَرُومُ العِــزَّ ثم تَنامُ لَيـلاً .....يَغُوصُ البَحْرَ مَن طَلَبَ اللآلي

Engkau mengharapkan kejayaan lantas di malam hari hanya tidur saja??

Orang yang yang mencari mutiara harus menyelam di lautan…

Diantara kita ada yang berangan-angan dan berkata: "Saya ingin bisa menjadi dermawan seperti si fulan...", "Saya ingin bisa menghafalkan al-Qur'an seperti si fulan...", "Saya ingin berilmu seperti syaikh/ustadz fulan...", "Saya ingin berhasil seperti si fulan..."

Akan tetapi jika hanya berkata dan berangan-angan tanpa usaha maka anak kecil berusia 3 atau 4 tahun pun bisa..., kalau hanya mimpi siapapun bisa. Tapi yang tidak semuanya bisa adalah mewujudkan angan-angan dengan usaha maksimal serta semangat tinggi !!!, tentunya setelah disertai doa kepadaNya dan taufiq dariNya...

Ustadz Firanda Andirja, M.A.


الأربعاء، 9 مارس 2016

12 Things You Should Expect From a Creative Director

It seems like EVERYBODY in advertising is a “creative director” these days. But the title means different things to different people. What’s fair to expect?

1. Help sort through the creative chaos to find those ideas with the most promise. The creative process generates a lot of ideas. Not all of them are golden. A good creative leader helps identify the best ones in their infancy and makes sure they have room to develop.

2. Focus and simplify the ideas. Sometimes an idea has a bunch of extra “stuff” on it and needs to be pruned. If you can’t explain your idea in a sentence, it probably needs to be simplified.

3. Collaborate with the other leaders on the team to stay focused on the goal: solving your client’s problems with inspired, original, effective creative work.No creative director can do it alone. He or she needs to work closely with the strategy, account and production leads to set a vision for both the internal team and the client.

4. Nurture, encourage, challenge, cajole and/or do whatever it takes to help make the work better. Managing creatives can be difficult; you need to know what sort of techniques to use with creative people to get their best work out of them. A good coach knows how to get the best out of each player; the same strategies don’t necessarily work for everybody.

5. Make decisions. A good creative director decides what’s moving forward and kills the rest. When you keep too many things alive for too long, you ask the team to keep too many balls in the air at once. Decisions allow your team to go deeper with the remaining ideas, making them richer and more effective.

6. Avoid phrases like “Just keep pushing it,” “Go ahead and blow it out,” and “Ten more just like that.” They are clichés for a reason—too many creative directors use them to fill the silence when they don’t know what to say. Actionable specifics is what the team needs to make work better.

7. Help figure out how the work will live in the world—that is, how real people will experience the campaign—which includes thinking through the PR and media strategy. Creative ideas have to live somewhere. If the media and PR strategy aren’t part of the thinking from the earliest stages, you’re missing a key element of the CD’s role.

8. Respect people’s time. People want go home and see their significant other or the kid or their dog or their TV or whatever. They don’t want to wait all night at the office for your email with a CD’s cryptic creative feedback. Be realistic about how much time people need to do the work and give them that time.

9. Present work in a way that makes it dynamic, compelling and entertaining. A good creative director needs to make a creative idea come to life well before it actually exists in the world. Not every CD has the same presentation style, but he or she needs to command the room when they are sharing work with the client.

10. Develop a good relationship with the human beings on the client side; people will only take risks and buy interesting work if they trust you. It’s not about “selling” an idea, it’s about understanding your client’s problems and finding a great, creative solution to that problem. Clients know when you’re in it for them or you’re just in it for the award.

11. Listen. Clients tell you what they need if you stop talking long enough to hear it.

12. Keep it fun. Advertising is supposed to be fun, remember? A great CD has a huge impact on the team dynamic and can help create an environment where people enjoy their work.

About the Author
John Kovacevich is a freelance creative director based in San Francisco.

الاثنين، 7 مارس 2016

Kita semakin kaya akan ilmu ketika kita solve problems

Tulisan di bawah ini cukup inspiring buat saya. Saya posting di sini. Penulisnya Adhe (Natali Ardianto), founder tiket.com. Saya banyak belajar (secara online) sama Adhe dan Cyrosurenya antara tahun 2001 hingga 2003.

***

Orang malas ya gini ini. Gimana mau maju. Memangnya mau hidupnya, rezekinya, ilmunya, di diskon 10%?

Saya yang sudah mencapai posisi sekarang, hampir tiap hari tidur jam 3 pagi. Kenapa? Karena di jam kantor sudah tidak bisa blas ngurus urusan sendiri. Bisanya hanya mensupport team dan bantu solve problems.

Malam hari ketika si kecil sudah tidur, baru mulai on lagi, reply-reply email, coding-coding lagi, analyze data, research, baca-baca buku dan docs/manual sampai berulang kali supaya hapal.

Kita semakin kaya akan ilmu ketika kita solve problems. Ketika kita kelas 1 SD, perkalian 5 x 2 sepertinya susah sekali. Tetapi sekarang, kita bisa menyelesaikannya di luar kepala. Kenapa? Karena kita solve that problem over and over sampai ngelotok di otak.

Masalahnya, orang malas ngga pernah take the extra effort to learn beyond what they already learn. Saya sebutnya unlearn and relearn. Masalahnya orang-orang malas itu mudah puas diri.

Saya orangnya very very detail. Ketika saya menyetir di jalan, saya tahu saya harus menyetir di lajur pertama, kedua, atau ketiga, saya perhatikan kapan ada lubang di jalan, kapan ada potensi mobil melambatkan diri karena harus muter balik, mana yang setelah lampu merah menjadi hijau, jalurnya jalannya lebih cepat karena semuanya satu jalur jalan lurus, tidak ada yg mencoba belok kanan.

Saya dulu kalau kebetulan ngga ada sopir, suka eksperimen lewat jalur-jalur aneh dan jalan tikus. Alhasil sampai sekarang jalan tikus itu dipakai terus karena bisa menghemat waktu tempuh hingga 33%.

Makanya suka sebel dulu waktu ada sopir, semisal dia over and over again made the same mistake, ambil jalur paling kanan dan terhenti jalannya karena ada mobil mau putar balik. Padahal yang harusnya sedetail itu khan sopir, karena hidupnya revolves around driving and roads.

Jangan sampai ya, pas jaman Masyarakat Ekonomi ASEAN nanti setelah 31 Desember 2015, kalian komplain karena ada orang dari negara tetangga yang mau kerja lebih dari 9 jam karena digaji sebesar Rp 2,8 juta/USD 215 (Karena Kamboja UMR-nya USD 128/month, Myanmar USD 55/month utk pegawai negeri).



السبت، 13 فبراير 2016

Mengapa Orang Bisa Sesat?

Kenapa Orang Bisa Tersesat?

قال شيخ الإسلام ابن تيمية -رحمه الله-:
"وأصل ضلال من ضل هو بتقديم قياسه على النص المنزل من عند الله وتقديم اتباع الهوى على اتباع أمر الله"
العبودية | صـ ٦٧


Penyebab utama kesesatan:
Lebih mengutamakan logika pribadi dibandingkan dalil yang diturunkan dari sisi Allah.
Lebih mengikuti hawa nafsu dibandingkan perintah Allah.
*
(Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, dalam Al-'Ubudiyah, hlm. 67)
________
www.wanitasalihah.com
https://telegram.me/wanitasalihah

الخميس، 11 فبراير 2016

Kaya tapi zuhud... Miskin tapi gila harta... Mungkinkah?

kaya tapi zuhud


Itu sangat mungkin... bagaimana bisa demikian? Mari simak pemaparan Ibnul Qoyyim -rahimahullah- berikut ini:

"Ketika harta berada di tanganmu, bukan di hatimu, dia tidak akan membahayakanmu, walaupun jumlahnya banyak.

Sebaliknya, ketika harta itu di hatimu, dia akan membahayakanmu, walaupun harta itu tidak ada sedikitpun di tanganmu.

Imam Ahmad pernah ditanya: 'Bisakah seseorang menjadi zuhud, padahal dia memiliki seribu dinar?'. Beliau menjawab: 'Ya, (bisa saja), asalkan dia tidak senang bila harta itu bertambah, dan dia tidak sedih bila harta itu berkurang'.

Oleh karenanya para sahabat menjadi orang yang paling zuhud terhadap harta yang ada di tangan mereka.

Sufyan Ats-Tsauri juga pernah ditanya: 'Bisakah orang yang kaya menjadi zuhud?'. Beliau menjawab: 'Ya (bisa saja), yaitu jika saat hartanya bertambah dia bersyukur, dan saat hartanya berkurang dia juga bersyukur, dan bersabar.'" 

(Sumber: Madarijus Salikin 1/463)

Ustadz Musyaffa Ad Dariny

الأربعاء، 10 فبراير 2016

Liberal VS. Kyai Kampung

DIALOG ANTARA LIBERAL DAN KYAI KAMPUNG

Liberal: "Ki, ada orang baik banget, anti korupsi, bangun masjid, rajin sedekah sampai hidupnya sendiri dikorbanin buat nolongin orang banyak, terus meninggal dan dia bukan Muslim, Dia masuk surga atau neraka?"

Kyai: "Neraka."

Liberal: "Lah? Kan dia orang baik. Kenapa masuk neraka?"

Kyai: "Karena dia bukan Muslim."

Liberal: "Tapi dia orang baik Ki. Banyak orang yang kebantu karena dia, bahkan umat Islam juga. Malah Bangun Masjid Raya segala. Jahat bener dah Tuhan kalau orang sebaik dia dimasukin neraka juga."

Kyai: "Allah tidak jahat, tapi adil."

Liberal: "Adil dari mane?"

Kyai: "Kamu sekolahnya sampai tingkatan apa?"

Liberal: "Ane mah Master Sains lulusan US Ki, kenape?"

Kyai: "Kenapa bisa kamu dapat titel Master Sains dari US?"

Liberal: "Yaa karena kemaren ane kuliah disana, diwisuda di sana."

Kyai: "Namamu terdaftar di sana? Kamu mendaftar?"

Liberal: "Ya jelas dong Ki, ini ijazah juga masih basah."

Kyai: "Sekiranya waktu itu kamu tidak mendaftar, tapi kamu tetap datang kesana, hadir di perkuliahan, diam-diam ikut ujian, bahkan kamu dapat nilai sempurna, apakah kamu tetap akan dapat ijazah?"

Liberal: "Jelas enggak Ki, itu namanya mahasiswa ilegal, sekalipun dia pintar, dia nggak terdaftar sebagai mahasiswa, kampus ane mah ketat soal aturan gituan."

Kyai: "Berarti kampusmu jahat dong, ada orang sepintar itu tak dikasih ijazah hanya karena tidak mendaftar?"

Liberal: *terdiam*

Kyai: "Gimana?"

Liberal: "Ya nggak jahat sih Ki, itu kan aturan, salah si mahasiswa kenapa nggak mendaftar, konsekuensinya ya nggak dapat ijazah dan titel resmi dari kampus."

Kyai: "Nah, kalau kampusmu saja ada aturan, apalagi dunia dan akhirat. Kalau surga diibaratkan ijazah, dunia adalah bangku kuliah, maka syahadat adalah pendaftaran awalnya. Tanpa pendaftaran awal, mustahil kita diakui dan dapat ijazah, sekalipun kita ikut kuliah dan mampu melaluinya dengan gemilang. Itu adalah aturan, menerapkannya bukanlah kejahatan, melainkan keadilan."

Catatan penulis:
Dialog imajiner di atas penulis dapatkan dari seorang ustadz di Whatsapp, tanpa penyebutan keterangan sumber dan nama penulis. Semoga bermanfaat. Ternyata dengan logika sederhana pun sudah dapat membantah kaum liberalis.