الخميس، 12 ديسمبر 2019

الأربعاء، 9 أكتوبر 2019

Loading Speed VS PageSpeed

Penulis: Andita Sely Bestoro

Tiga tahun lalu dan masih relevan.
Banyak yg terkena jebakan skor PageSpeed, GTMetrik, Pingdom, dkk.
Kalo di kami jelas, melihat dua aspek : kecepatan yg dirasakan real user dan skor metrik dari Google PageSpeed.
Adapaun GTMetrik, Pingdom, dll hanya sebagai insight tambahan. Lha kita mau ngincer SERP di Google, masa lebih percaya pihak ketiga 😁
Semoga bermanfaat. [ASB]

Siang tadi, cukup lama saya chatting dengan teman seorang blogger di TG. Masalahnya cuma 1 : minta advices untuk naikin skor PageSpeed salah satu blognya yg berbahasa Indonesia. Katanya, loading speed blognya tidak secepat yg diharapkannya. Takut ngefek ke SEO-nya.
Sejenak saya heran. Sejak kapan skor PageSpeed identik dengan loading speed sebuah website? Atau jangan-jangan kesalahpahaman ini adalah umum di kebanyakan temen-temen yg lainnya?
Adalah sebuah fakta, bahwa human visitor lebih suka website yg loading speednya bagus. Semakin cepat suatu website terbuka saat diakses, maka visitor semakin suka. Selain bisa menurunkan bounce rate, website yg loadingnya cepat juga relatif membuat visitor merasa nyaman. Yes, loading speed sangat erat kaitannya dengan user experience.
Kalo untuk bot crawler ndak terlalu ngaruh. Soalnya bot cuma bisa ngebaca bentuk text format, bukan tampilan. Sehingga sudah pasti lebih cepet ngeloadnya. Yg penting dijaga dalam hal ini adalah uptime server.
Sedangkan PageSpeed itu adalah skor yg dihitung berdasarkan aturan optimasi website buatan Google. Secara teknis hubungannya hanya pada eksekusi code di browser. Padahal ada banyak faktor lain yg mempengaruhi loading speed suatu website. Ndak cuma masalah code pada script website itu sendiri. (Kapan-kapan saya bahas lebih detail)
Kalo cuma sekedar mau ningkatin skor mah, cukup install modul PageSpeed di server dan mainin konfigurasinya juga bakal naik tinggi. Tapi untuk loading speednya, belum tentu naik secara signifikan.
Kelihatan kan bedanya?
Meskipun memang, semakin "rapi" struktur kode script atau media suatu website, secara logika seharusnya waktu eksekusinya semakin cepat.
Itulah makanya, dalam SEO yg jadi ranking factor adalah loading speed, dan bukannya PageSpeed.
Karena itu, lebih baik fokus untuk meningkatkan loading speed website daripada sekedar ningkatin skor PageSpeed semata. Jangan kebalik. [ASB]

الثلاثاء، 24 سبتمبر 2019

Mahrom (Muhrim) Adalah... Pengetahuan Penting Apa itu Mahrom Menurut Mazhab Syafii

Mahrom adalah...
Tulisan ini adalah terjemahan dari tulisan ustadz Faruq Sinambela -semoga Allah menjaganya- seputar mahrom menurut mazhab syafii.

Tulisan beliau tentang mahrom ini aslinya ditulis dengan bahasa arab, kemudian ustadz Rudy Fachruddin menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia.

***

(Bagian 1)
Mahram Nasab dan Mahram Mua’qqat


Islam memberikan batas-batas dan aturan dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Salah satu yang paling penting di dalamnya adalah berkaitan dengan interaksi antara lawan jenis, laki-laki dan perempuan. Islam membuat dua kategori lawan jenis bagi setiap orang, yaitu mahram dan Ajnaby. Kedua kategori tersebut menghasilkan batas interaksi yang berbeda, sederhananya mahram adalah kategori lawan jenis yang memiliki hubungan tertentu dengan seseorang, sehingga ia tidak boleh dinikahi. Selain itu ada batas-batas interaksi yang diperbolehkan dengan lawan jenis dalam kategori mahram, tetapi ia terlarang dengan lawan jenis kategori Ajnaby.

Kriteria dan hukum-hukum yang berkaitan dengan mahram adalah permasalahan yang dibahas secara mendalam dalam kajian fiqih. Pada pembahasan ini kita akan menjelaskan tentang batas-batasan mahram menurut mazhab Syafi’iy.

1. Mahram dari sisi batas berlakunya terbagi kepada dua pembagian. Pertama adalah mahram تأبيد (abadi), maksudnya adalah hubungan mahram yang tidak akan dibatalkan dengan sebab apapun. Kedua, mahram مؤقّت (terbatas waktu) yaitu ikatan mahram yang bisa saja batal oleh sebab-sebab tertentu.

2. Mahram berdasarkan sebab-sebabnya terbagi kepada tiga, yaitu mahram karena sebab nasab atau keturunan, mahram karena sebab Ridha’ atau persusuan, dan mahram karena sebab Mushaharah atau rumah tangga. Pada pembahasan ini hanya dijelaskan tentang mahram karena sebab nasab saja.

3. Mahram تأبيد bagi laki-laki karena sebab nasab ada tujuh yaitu: al-Ummuhāt (mencakup ibu, nenek dari pihak ibu maupun ayah dan seterusnya ke tingkat generasi berikutnya), al-Banāt (mencakup anak perempuan dan cucu perempuan dan seterusnya pada tingkat generasi di bawahnya), al-akhawāt (saudara perempuan baik seayah seibu maupun salah satunya saja), al-’ammāt (bibi atau saudara perempuan dari ayah kita baik yang seayah seibu maupun salah satunya saja), al-Khālāt (bibi atau saudara perempuan dari ibu kita baik yang seayah seibu maupun salah satunya saja), Banāt al-Akh (anak perempuan dari saudara laki-laki yang seayah seibu maupun salah satunya saja), dan Banāt al-Ukht (anak perempuan dari saudara perempuan yang seayah seibu maupun salah satunya saja).

4. Definisi dari al-Ummuhāt adalah:
كلّ من ولدتك أو ولدت من ولدك
Artinya: setiap” orang yang melahirkanmu” atau “melahirkan orang yang kamu lahir darinya”.

5. Definisi dari al-Banāt adalah
كلّ من ولدتها أو ولدت من ولدها
Artinya: setiap” orang yang lahir darimu” atau “orang yang lahir dari orang yang lahir darimu”

6. Definisi dari al-akhawāt adalah:
كلّ أنثى شاركتك فى أصليك أو أحدهما
Artinya: setiap perempuan yang membersamaimu dalam dua orang tuamu atau salah satunya.

7. Definisi dari al’ammāt adalah
كلّ أنثى شاركت أباك فى أصليه أو فى أحدهما
Artinya: setiap perempuan yang membersamai ayah mu dalam dua orang tua mereka atau salah satunya.

8. Definisi dari al-Khālāt adalah:
كلّ أنثى شاركت أمّك فى أصليه أو فى أحدهما
Artinya: setiap perempuan yang membersamai ibumu dalam dua orang tua mereka atau salah satunya.

9. Definisi dari Banāt al-Akh adalah:
كلّ أنثى لأخيك عليها ولادة مباشرة أم بواسطة
Artinya: setiap perempuan yang memiliki hubungan wiladah (peranakan) dari saudara lakimu baik langsung (anak langsung dari saudara) atau dengan perantara (keturunan dari saudara)

10. Definisi dari Banāt al-Ukht adalah:
كلّ أنثى لأختك عليها ولادة مباشرة أم بواسطة
Artinya: setiap perempuan yang memiliki hubungan wiladah (peranakan) dari saudara perempuanmu baik langsung (anak langsung dari saudara) atau dengan perantara (keturunan dari saudara)

11. Mahram Ta’bīd bagi perempuan karena sebab nasab juga ada tujuh yaitu: al-Abā’ (mencakup ayah, kakek dari pihak ibu maupun ayah dan seterusnya ke tingkat generasi berikutnya), al-Abnā’ (mencakup anak laki-laki dan cucu laki-laki dan seterusnya pada tingkat generasi di bawahnya), al-Ikhwān (saudara laki-laki baik seayah seibu maupun salah satunya saja), al-A’’mām (paman atau saudara laki-laki dari ayah kita baik yang seayah seibu maupun salah satunya saja), al-Akhwāl (paman atau saudara laki-laki dari ibu kita baik yang seayah seibu maupun salah satunya saja), Abnā’ al-Akh (anak laki-laki dari saudara laki-laki yang seayah seibu maupun salah satunya saja), dan Abnā’ al-Ukht (anak laki-laki dari saudara perempuan yang seayah seibu maupun salah satunya saja). Definisi dari ketujuh istilah tersebut sama seperti penjelasan tentang mahram nasab bagi laki-laki, hanya saja jenis kelaminnya diganti.

12. Mahram Mua’qqat adalah ikatan mahram temporal, jadi ikatan mahram tersebut hanya mengharamkan pernikahan saja tetapi tidak membolehkan interaksi seperti melihat aurat atau bersentuhan sebagaimana mahram تأبيد.

13. Mahram Mua’qqat bagi laki-laki adalah:
a. dilarang memiliki ikatan pernikahan secara berbarengan dengan seorang perempuan dan saudaranya (saudara ini berlaku baik seayah & seibu maupun salah satunya, atau saudara sepersusuan).

b. dilarang memiliki ikatan pernikahan secara berbarengan dengan seorang perempuan dan al’ammāt-nya (bibi: saudara perempuan dari ayah baik seayah & seibu maupun salah satunya, atau sepersusuan).

c. Dilarang memilki ikatan pernikahan secara berbarengan dengan seorang perempuan dan al-Khālāt-nya (bibi: saudara perempuan dari ibunya baik saudara seayah seibu maupun salah satunya atau sepersusuan).

d. Dilarang memiliki ikatan pernikahan secara berbarengan dengan seorang perempuan dan Banāt al-Akh-nya (anak perempuan dari saudara laki-laki yang seayah seibu maupun salah satunya saja, atau sepersusuan)

e. Dilarang memiliki ikatan pernikahan secara berbarengan dengan seorang perempuan dan Banāt al-Ukht (anak perempuan dari saudara perempuan yang seayah seibu maupun salah satunya saja, atau sepersusuan).

Sederhananya Mahram Mua’qqat bagi laki-laki adalah kerabat perempuan dari istrinya yang disebutkan di atas yang tidak dapat dinikahi selama kita ia masih terikat pernikahan dengan istri nya, seandainya ikatan pernikahan itu putus dengan sebab kematian istri atau perceraiann maka Mahram Mua’qqat tersebut menjadi orang Ajnaby seperti biasa.

14. Mahram Mua’qqat bagi perempuan adalah:
a. Saudara dari suaminya (baik seayah & seibu maupun salah satunya, atau saudara sepersusuan).
b. ‘Amm dari suaminya (paman: saudara laki-laki dari ayah suaminya baik seayah & seibu maupun salah satunya, atau sepersusuan).
c. Khāl dari suaminya (paman: saudara laki-laki dari ibu suaminya baik saudara seayah seibu maupun salah satunya atau sepersusuan)
d. Ibn al-Akh dari suaminya (anak laki-laki dari saudara laki-laki suaminya yang seayah seibu maupun salah satunya saja, atau sepersusuan)
e. Ibn al-Ukht dari suaminya (anak laki-laki dari saudara perempuan suaminya yang seayah seibu maupun salah satunya saja, atau sepersusuan).

Berkaitan dengan Mahram Mua’qqat bagi perempuan tidak perlu disebutkan tentang larangan memilki iktana pernikahansecara berbarengan, mengingat seorang perempuan memang tidak dapat memiliki ikatan pernikahan dengan lebih dari satu orang dalam satu waktu pada keadaan apapun.


***


(Bagian 2)Mahram dengan Sebab Persusuan


Penyebab munculnya ikatan mahram selain disebabkan karena nasab adalah persusuan, atau dalam bahasa fiqih diistilahkan dengan رِضَاع (Ridha’), pembahasan berkaitan dengan mahram persusuan lebih rumit daripada mahram nasab. Berikut beberapa rangkuman penting berkaitan mahram persusuan menurut mazhab Syafi’iy:

1. Ada tiga pihak yang terlibat dalam mazhab persusuan, tiga pihak tersebut adalah:

a. المرضع (al-Murdhi') yaitu ibu yang menyusui.

b. الرضيع (al-Radhi’) yaitu anak yang menyusu.

c. dan صاحب اللبن (Shāhib al-Labn) yaitu suami dari ibu yang menyusui, dimana air susu dari si ibu keluar dari hasil hubungan intim dari suami tersebut, oleh karena itu suaminya disebut dengan “pemilik air susu” karena memang sejatinya air susu tersebut keluar melalui hubungan badan dengan dirinya sebelumnya.

Terjadinya Ridha’ atau persusuan memberikan pengaruh ikatan mahram kepada tiga pihak tersebut.

2. Dari pihak al-Murdhi' (ibu susu) yang menjadi mahram bagi anak susu-nya terbagi kepada tiga, yaitu:

a. أصل mencakup ibu dari ibu susu-nya dan ke atas seterusnya.

b. فروع mencakup anak keturunan dari ibu susu-nya.

c. حواشى mencakup saudara dari ibu susu-nya dan bibi dari ibu susunya.

3. Dari pihak al-Radhi’ (anak susu) yang menjadi mahram bagi orangtua susu-nya hanya satu yaitu فروع, artinya yang menjadi mahram bagi orangtua susu-nya hanyalah anak keturunan dari anak susu.

4. Dari pihak Shāhib al-Labn (ayah susu atau suami ibu susu)yang menjadi mahram sama seperti ketentuan yang berlaku pada pihak al-Murdhi'.

5. Istri dari anak susu tidak halal bagi ayah susu, begitu juga suami dari anak susu tidak halal bagi ibu susu.

6. Saudara sepersusuan atau saudara Ridha’ diketahui dengan sembilan keadaan, yaitu:
a. Anak susuan dari ayah dan ibu nasab-mu, yaitu: Seseorang yang menyusu pada ibumu dan Shāhib al-Labn-nya adalah ayahmu juga, maka orang tersebut tergolong sebagai saudara sepersusuan yang Syaqiqah (kuat)

b. Anak nasab dari ibu dan ayah susu-mu, yaitu: Seseorang dimana kamu menyusu dari ibunya dan Shāhib al-Labn-nya juga ayahnya. Maka kamu baginya adalah saudara sepersusuan yang Syaqiqah.

c. Anak susuan dari ayah dan ibu susu-mu, yaitu: Seseorang dimana kamu dengan dirinya menyusu pada ibu susu yang sama dan Shāhib al-Labn-nya juga laki-laki yang sama yaitu suami dari ibu susu tersebut. Maka kalian berdua adalah saudara sepersusuan.

d. Anak susuan dari ayah nasab-mu, yaitu: Seseorang yang menyusu pada istri ayahmu yang bukan ibu mu, dalam hal ini ayah mu menjadi Shāhib al-Labn. Maka orang tersebut menjadi saudara sepersusuan yang se-ayah saja.
e. Anak nasab dari ayah susu-mu, yaitu: Seseorang dimana kamu menyusu dari istri ayahnya yang bukan ibunya. Dalam kasus ini ayahnya menjadi Shāhib al-Labn bagimu, tetapi ibu susu-mu bukan ibunya. Maka kamu adalah saudara sepersusuan baginya yang se-ayah saja.

f. Anak susuan dari ayah susu-mu, saudara semacam ini terjadi karena dua kasus, yaitu: Pertama, seseorang dimana kamu dan dirinya menyusu pada dua orang ibu susu yang berbeda sekaligus, tetapi Shāhib al-Labn-nya adalah laki-laki yang sama. Salah satu ibu susu menyusui kalian berdua dengan dua hisapan, satunya lagi menyusui kalian berdua dengan tiga hisapan. Kedua, seseorang dimana kamu dan dirinya menyusu pada masing-masing dua ibu susu yang berbeda, tetapi Shāhib al-Labn-nya adalah laki-laki yang sama.

g. Anak susuan dari ibu nasab-mu, yaitu: seseorang yang menyusu dari ibu mu tetapi Shāhib al-Labn-nya bukan ayahmu, maka I aadalah saudara sepersusuan yang seibu saja.

h. Anak nasab dari ibu susu-mu, yaitu: seseorang dimana kamu menyusu dari ibunya tetapi Shāhib al-Labn-nya bukan ayahnya. Maka kamu adalah saudara sepersusan yang seibu baginya.



i. Anak susuan dari ibu susu-mu, saudara semacam ini terjadi karena dua kasus, yaitu: pertama: seseorang dimana kamu dan dia menyusu pada satu orang perempuan dimana Shāhib al-Labn-nya adalah laki-laki yang sama, kemudian ibu- susu tersebut menyempurnakan susuan bagi kalian berdua dengan susu dari Shāhib al-Labn yang berbeda. Kedua: seseorang dimana kamu dan dia menyusu pada perempuan yang sama, tetapi Shāhib al-Labn-nya adalah dua orang laki-laki yang berbeda.

7. Dengan demikian saudara sepersusuan terbagi menjadi tiga, yaitu:

a. Saudara perempuan sepersusuan yang Syaqiqah: yaitu perempuan yang menyusu pada ibumu dan Shāhib al-Labn-nya adalah ayahmu juga. Atau kamu menyusu pada ibunya dan Shāhib al-Labn-nya juga ayahnya.
b. Saudara perempuan sepersusan yang seayah saja: yaitu perempuan yang menyusu pada perempuan yang bukan ibumu, tetapi Shāhib al-Labn-nya adalah ayahmu. Atau kamu menyusu bukan pada ibunya, tetapi Shāhib al-Labn-nya adalah ayahnya.

c. Saudara perempuan sepersusan yang seibu saja: yaitu perempuan yang menyusu dari ibumu, tetapi Shāhib al-Labn-nya bukan ayahmu.

8. Untuk perempuan maka dapat disesuaikan pula dengan ketentuan mahram sepersusuan di atas.

***

(Bagian 3)
Mahram Mushāharah


Penyebab ketiga dari munculnya mahram adalah akad pernikahan antara suami dan istri sehingga membuat masing-masing keduanya dan kerabat keduanya terjalin ikatan mahram denga ketentuan sebagai berikut:

1. Mahram Mushāharah bagi laki ada empat, yaitu:

a. Ibu dari istri, ikatan mahram ini muncul semata-mata setelah terjadinya akad nikah.

b. Anak perempuan dari istri, ikatan ini muncul dengan syarat jika telah melakukan hubungan intim dengan istri.

c. Istri dari ayah, ikatan ini muncul semata-mata setelah terjadinya akad nikah.

d. Istri dari anak laki-laki, ikatan ini muncul semata-mata setelah terjadinya akad nikah.

2. Anak perempuan dari hasil zina menurut pendapat mu’tamad dalam mazhab Syafi’iy bukan merupakan mahram bagi ayah biologisnya, artinya boleh dinikahi, ini salah satunya dipegang oleh imam Nawawi. Namun ada silang pendapat di kalangan para ulama terkait masalah ini.

3. Empat golongan mahram Mushāharah bagi laki-laki di atas berlaku baik dari jalur nasab maupun jalur Ridha’. Maksudnya ibu dari istri itu menjadi mahram, hal ini berlaku bagi ibu nasabnya maupun ibu ridha’nya. Begitu pula dengan anak perempuan istri, baik anak nasabnya maupun anak ridha’nya. Istri dari ayah juga menjadi mahram baik ayah nasab kita maupun ayah ridha’ kita. Istri dari anak juga menjadi mahram, baik anak nasab kita maupun anak ridha’.

4. Mahram Mushāharah bagi perempuan juga ada empat, yaitu:

a. Ayah dari suami, ikatan mahram ini muncul semata-mata setelah terjadinya akad nikah.

b. Anak laki-laki dari suami, ikatan ini muncul dengan syarat jika telah melakukan hubungan intim dengan istri.

c. Suami dari ibu, ikatan ini muncul semata-mata setelah terjadinya akad nikah.

d. Suami dari anak perempuan, ikatan ini muncul semata-mata setelah terjadinya akad nikah.

Sebagaimana ketentuan pada mahram bagi laki-laki, mahram Mushāharah bagi perempuan juga berlaku pada nasab dan ridha’ juga. Maksudnya ayah dari suami adalah mahram, baik ayah nasab dari suami maupun ayah ridha’nya, begitu juga seterusnya.

5. Ada dua istilah yang berbeda dalam permasalahan mahram yaitu المُحَرَّمَة (al-Muharramat) dan المَحْرَم (al-Mahram). Istilah al-Muharramat lebih umum dari al-Mahram. Jadi setiap al-Mahram pasti juga al-Muharramat, namun setiap al-Muharramat belum tentu merupakan al-Mahram.

6. al-Mahram artinya adalah seseorang yang haram dinikahi dan sekaligus boleh saling melihat, bersentuhan dan bepergian bersama seperti ibu, saudara, anak dan lain-lain, sedangkan al-Muharramat adalah orang yang haram dinikahi saja, tetapi tetap tidak boleh untuk saling melihat, bersentuhan dan berpergian bersama. Contohnya seperti saudara perempuan dari istri.

7. Diantara yang tidak termasuk al-Muharramat bagi laki-laki adalah:

a. anak perempuan dari istri anak laki-lakinya (anak tiri dari anak laki-lakinya),

b. ibu dari istri anaknya (besan),

c. anak dari istri bapaknya (anak tiri bapaknya atau dengan kata lain saudara tirinya),

d. ibu dari istri bapaknya (mertua ayahnya),

e. ibu dari anak susuan-nya,

f. saudara perempuan dari anak susuan-nya,

g. bibi dari anak susuan,

h. istri dari ayah susuan,

i. anak dari paman dan bibi (sepupu),

j. istri dari paman.

Dengan demikian semua golongan di atas tidak dapat saling melihat aurat, bersentuhan dan bepergian, bahkan boleh untuk dinikahi.

8. Diantara yang tidak termasuk al-Muharramat bagi perempuan adalah:

a. anak dari suami anak perempuan-nya (anak tiri dari anak perempuan-nya),
b. ayah dari suami anak perempuan-nya (besan),
c. anak dari suami ibunya (saudara tirinya),
d. ayah dari suami ibunya (ayah mertua ibunya),
e. ayah dari anak susuan-nya,
f. saudara dari anak susuan-nya,
g. paman dari anak susuan-nya,
h. anak dari paman dan bibi (sepupu),
suami dari paman.


Dengan demikian semua golongan di atas tidak dapat saling melihat aurat, bersentuhan dan bepergian, bahkan boleh untuk dinikahi.

***

الاثنين، 5 أغسطس 2019

الأربعاء، 17 يوليو 2019

السبت، 6 يوليو 2019

الأربعاء، 12 يونيو 2019

الاثنين، 10 يونيو 2019

Mengenal Mushaf Madinah dan Musykilatnya

MENGENAL MUSHAF MADINAH DAN MUSYKILATNYA

Oleh: H. Khaeruddin Khasbullah
(Berdasar saran teman- teman agar artikel ini ditampilkan ulang terpisah dengan artikel Tajwid, sehingga lebih mudah ditela'ah)

Sekarang ini banyak beredar Mushaf cetakan Timur Tengah (selanjutnya disebut Mushaf Madinah). Karena cetakannya bagus dan tulisannya terang, banyak kaum muslimin yang tertarik untuk menggunakannya, namun disisi lain banyak kaum muslimin Indonesia yang belum mengenal tanda baca yang dipakai pada Mushaf ini sehingga mereka sering mengalami kesulitan bahkan salah dalam membacanya.

Tidak sebagaimana Mushaf Qur’an gaya tulisan Asia Tenggara (Mushaf Turki Utsmany), Mushaf Madinah walaupun sama- sama berdasar QIRO’AT IMAM ASHIM ALA RIWAYATI HAFSH BITHORIQOTI ASYATIHIBIYYAH, ia memiliki tanda- tanda baca dan penulisan khusus yang tidak biasa dipakai dalam Mushaf Indonesia/ Asia Tenggara, sehingga bagi pemula dan bagi mereka yang kurang memahami bahasa Arab, sering terjadi kesalahan baca yang kadang- kadang berakibat menjadi berubah makna kandungannya, dan ini tentu saja tidak boleh terjadi.

Maka atas dasar keprihatinan tersebut, atas karunia dan seizin Allah semata, penulis berusaha akan menjelaskannya kepada para pembaca dan pencinta Ilmu Al- Qur’an, mudah- mudahan dengan asbab tulisan yang kami buat ringkas ini dapat bermanfaat bagi segenap kaum muslimin muslimat dan bagi siapapun yang membaca dan mempelajarinya dan insya Allah Biaunillah akan menjadi amal jariyah bagi penulis sepanjang masa. Amin.

Maka inilah beberapa tanda baca dan tulisan khusus yang dipergunakan pada Mushaf Madinah, penulis paparkan kan berdasarkan Al- Mushaf Al-Muyassar karya As- Syaikh Abdul Jalil Isa dan berdasarkan kitab- kitab yang lain seperti kitab Al-Muqni’u Fi Rosmi Masohifil Amshor oleh Imam Abu Amr Ad- Dani, dll:

MOHON MAAF SEBELUMNYA, MUNGKIN ADA BEBERAPA KARAKTER (TULISAN) YANG TIDAK BISA DITULISKAN DENGAN SEBENARNYA SESUAI MUSHAF ASLINYA PADA BLOG INI SEHINGGA DIGANTI DENGAN PENJELASAN AGAR PEMIRSA BERKENAN MELIHAT TULISAN ASLINYA DI MUSHAF CETAKAN MADINAH.

بسم الله الرجمن الرحيم
اللهم صل على سيدنا مجمد وعلى ال سيدنا محمد

I. TANDA MAD/ GHOIRU MAD.
1.Mad Badal dituliskan dengan menggunakan Hamzah + Alif ( ءا ) sebagai pengganti alif dengan tanda Fatkhah panjang ( اٰ ). Seperti:

ءَادَمَ = اٰدَمَ - ءَامَنُواْ = اٰمَنُوْا - ءَازَرَ = اٰزَرَ

2. Bila Hamzah berada DITENGAH Lam Alif ( لأ ), maka Hamzah harus dibaca panjang sebagai Mad Badal, beda dengan Hamzah DIUJUNG Lam Alif ( لا ), seperti:
لَأَيَاتٍ = لاٰ يَاتٍ - لَأَيَةً = لَاٰيَةً

3. Sedangkan pada kalimat- kalimat dibawah ini dimana Hamzah ditulis DIUJUNG Lam Alif, maka Hamzah dibaca pendek, kecuali bila setelahnya ada Wawu sukun dan hamzahnya berharokat dhommah, seperti:

لَا َٔوْضَعُوا - لَا َٔعَدُّوا - لَأَرَيْنَكُمْ - لَأَرْجُمَنَّكُمْ
Lihat tulisan aslinya di Mushaf Madinah anda pada: QS.9 At- Taubah 46, 47, QS. 47 Muhammad 30.

4. Tanda Alif kecil ( ا ), Ya’ kecil ( ﮮ ) dan Wawu kecil (و ) TANPA SYAKAL adalah tanda mad, harus dibaca panjang. Seperti:

ذَٰلِكَ = ذَالِكَ - يَلْوُونَ = يَلْوُوْنَ - إِﮮلَٰفِهِمْ = اِيْلَافِهِمْ

5. Begitu juga bila Wawu kecil atau Ya’ kecil itu jatuh setelah Ha’ Dhomir, maka Ha’ nya dibaca panjang sebagai Mad Shilah. Seperti:

لَهُ و = لَه’ بِهِﮮ = بِهٖ
Hati- hati saat Waqof
(لَهُ و ) diwaqof =”Lah”. Bukan “Lahu”
(بِهِﮮ ) diwaqof =”Bih”. Bukan “Bihi”

6. Bila ada Wawu diatasnya ada Alif berdiri dan sebelumnya ada huruf berharakat Fatkhah, maka Wawunya dianggap tidak ada dan dianggap sebagai Alif (Mad). Seperti:

ٱلصَّلَوٰةَ = الصَّلَاةَ - ٱلزَّكَوٰة = الزَّكَاَةَ - ٱلحَيَوٰةَ = الحَيَاةَ -
ٱلرِّبَوٰ = الرِّبَا

7. Huruf Ya’ ( ى ) tak bertitik bila diatasnya ada tanda alif kecil, maka Ya’ nya dianggap tidak ada dan dibaca sebagai Alif (Mad). Seperti:

هَدىنِ = هَدَانِ - التَّوْرَىٰةَ = التَّوْرَاةَ - أَرَىٰكَ = اَرَاكَ
Lihat tulisan aslinya di Mushaf Madinah anda pada:QS. 6 Al- An'am 80, QS. 4 An- Nisa' 104
8.Bila ada huruf Ya’ ( ى ) tak bertitik dan tak berharokat di AKHIR KALIMAT, maka berarti ia adalah Ya’ sukun sebagai tanda Mad. Seperti:

ٱلَّذِى = الَّذِيْ - يُوحِى = يُوْحِيْ - رَبِّى = رَبِّيْ

9. Namun bila DIBAWAH Ya’ ada Hamzah, maka Hamzah dibaca pendek, Ya’ bukan tanda Mad!... Seperti pada QS 10 Yunus 15 dan QS. 51 Adz- Dzariyat 43:

تِلْقَآئِ نَفْسِى = تِلْقَآءِ نَفْسِيْ ( QS. 10 Yunus 15)
وَرَآئِ حِجَابٍ = وَرَءِ حِجَابٍ ( QS.51Adz- Dzariyat 43)

Lihat tulisan aslinya di Mushaf Madinah anda.

10.B andingkan dengan tulisan dan tanda dibawah ini dimana Hamzah juga dibaca pendek:

مِن نَّبَإْ ى = مِنْ نَبَإِ (QS.6 Al- An'am 34)
لِشَاْىءٍ = لِشَيْءٍ (QS.18 Al- Kahfi 23)
وَمَلَإىْهِ = وَمَلَئِهِ (QS.7 Al- A'rof 103)
أَفَإِ ىْنْ = أَفَ ئِنْ (QS.3 Ali Imron 144, QS.21 Al- Ambiya' 34 )

11.Tanda bulat kecil ( ° ) diatas sebuah huruf, berarti huruf tersebut dianggap tidak ada dan tidak usah dibaca. Awas hati- hati kabalikan dalam Qur’an Indonesia yang kadang dipakai sebagai tanda sukun. Seperti:

أُوْلٰئِكَ - أُوْلِى أَجْنِحَةٍ - أُوْلُوأ الْعِلْمِ - وَأُٔوْلٰتُ ٱلأَحْمَالِ -
يَتْلُواْ صُحُفاً - مِن نَّبَإِىْ الْمُرْسَلِيْنَ - ءامنواْ - بَنَيْناَ بأييْد
Hati- hati, Wawu tak berharokat justru sebagai tanda Mad!!!
Seperti:

أُولَٰهُمْ لِأُخْرَاهُمْ (QS 7 Al- A'rof 39)
(لَفِى الصُّحُفِ الْأُولَٰىٰ (QS.87 Al- A'la 18)
Penting: - Pada lafadh Tsamuuda bila di Waqof, “Dal” nya disukun, menjadi Mad Aridh Lissukun...Tsamuuud. (Bila washol, DA dibaca pendek).

۞ ثَمُوْداْ - ثَمُودَ - ثَمُودْ

12. Tanda BULAT PANJANG kecil ( ) diatas Alif menunjukkan bahwa pada SAAT WASHOL DIBACA PENDEK – SAAT WAQOF DIBACA PANJANG. Seperti:

أناْ - لكنا ْ - الظنونا ْ - السبيلا ْ - الرسولاْ-
قَوَارِيْرَاْ (الإنسان ١٥)
Lihat tulisan aslinya di Mushaf Madinah anda pada:QS. 18. Al- Kahfi 38, QS. 33 Al Ahzab 10, 66,67.
Catatan:
- Khusus pada Surat Al- Insan ayat 16, bila diwaqof DISUKUN:

قَوَارِيْرَا ْ قَوَارِيرْ۞ (الإنسان 15)
- Khusus pada Surat Al- Insan ayat 4 bila diwaqof BOLEH DISUKUN atau DIBACA PANJANG SATU ALIF, yakni:
سَلاَسِلَا ْ - سَلَاسِلاَ ۞ \ سَلاَسِلْ۞

13. Pada contoh dibawah ini Wawu dibaca pendek, bila terpaksa Waqof, Wawu disukun menjadi Mad Thobi'i

لِتَتْلُوَاْ - لِيَرْبُوَاْ - لِيَبْلُوَاْ - وَنَبْلُوَاْ - لَنْ نَدْعُوَاْ
Lihat tulisan aslinya di Mushaf Madinah anda pada:QS. 13 Ar- Ro'du 30, QS. 30 Ar- Ruum 39, QS. 47 Muhammad 4 dan 31, QS. 18 Al- Kahfi 14

14. Hamzah diatas Wawu + Alif bertanda bulat kecil, maka Wawu dan Alifnya tidak dibaca, seperti:

ٱلعُلَمَاؤُاْ = العُلَمَاءُ - أَنبَاؤُاْ = اَنْبَاءُ - ٱلضُّعَفَاؤُاْ = الضُّعَفَاءُ
شُرَكَآؤُاْ = شُرَكَاءُ - يَتَفَيَّؤُاْ = يَتَفَيَّأُ - يُنَشَّؤُاْ = يُنَشَّأُ - ويدرؤا = ويدرء
Lihat tulisan aslinya di Mushaf Madinah anda pada: QS. Al- An'am 94, QS.35 Fathir 28, QS.43. Az- Zukhruf 18, QS.42 As- Syuro 40, QS 24. An- Nur 8, dll.

II. IDGHOM KAMIL/ NAQIS

Dalam Mushaf Madinah dikenal Idghom Kamil (Lebur Sempurna) dan Idghom Naqis (Lebur Tak Sempurna) baik untuk Idghom Mutaqorribain/ Mutajannisain/ Idghom Bighunnah/ Idghom Mimy, dsb. Berikut penjelasannya.

15. Huruf TAK BERHARAKAT APAPUN disusul dengan huruf bertasydid menunjukkan bahwa huruf yang pertama “lebur” secara sempurna (Idghom Kamil), seperti:

- أُجِيْبَت دَّعْوَتُكُمَا - يَلْهَث ذّالِكَ - وَقَالَت طَّائِفَةٌ - وَمَن يَّكْرَههُّن
- اركب معنا
Lihat tulisan aslinya di Mushaf Madinah anda pada:QS.7 Al- A'rof 176, QS.11 Hud 42, QS.33 Al- Ahzab 13, QS. 24 An- Nur 33, dll.

16. Huruf TAK BERHARAKAT APAPUN disusul dengan huruf tak bertasydid menunjukkan bahwa huruf yang pertama:

a. IDGHOM, “Lebur” secara tidak sempurna (Idghom Naqis) kedalam huruf berikutnya. Seperti:

فَرَّطتُمْ - بَسَطتَ - أَلَمْ نَخْلُقكُمْ -
مَن يَقُولُ - مِن وَالٍ

b. IKHFA', ”Samar” bila huruf yang tak berharokat itu ADALAH huruf NUN tatkala bertemu dengan huruf lima belas, atau huruf MIM ketika ketemu BA’. Lihat keterangan tentang Ikhfa’, baik Ikhfa’ Haqiqy atau Ikhfa’ Syafawi, seperti:

مِن تَحْتِهَا - مِن ثَمَرَةٍ - إِنَّ رَبَّهُم بِهِمْ

17. IQLAB, "Berubah". Meletakkan huruf MIM kecil didepan harokat Fatkhah, Dhommah atau Kasroh nya huruf NUN menunjukkan bahwa huruf NUN itu “berubah”/ Iqlab seperti membaca huruf MIM yang tersamar disertai dengung. Lihat kembali pelajaran IQLAB.

Contoh pada QS 98/4 - QS 13/43 - 68/13:
شهيدا بينى ( QS. 13. Ar- Ro'du 43, QS. Al- Ahqof 8)
من بعد ما جاءتهم (QS. 98 Al- Bayyinah 4)
عتل بعد ذالك زنيم (QS. 68 Al- Qolam 13)

18. Penulisan dua harokat GANDA Dhommatain- Fatkhtain- Kasrotain , menunjukkan TANWIN yang dibaca Idhar (jelas). Ingat kembali pelajaran Idhar.

سَمِيْع̋ عَلِيْمٌ - وَلاَ شَرَابا ًإِلَّا - قَوْمٍ هَاد

19. Penyusunan harokat ganda tersebut diatas bila diikuti huruf yang bertasydid, menunjukkan terjadinya Idghom Kamil. Ingat pelajaran tentang hukum Nun Mati dan Tanwin.

خُشُب̋ مُّسَنَّدَةٌ - غَفُوراً رَّحِيماً - وُجُوه̋ يَّوْمَئِذٍ نَّاعِمَةٌ

20. Meletakkan tanda potongan kepala huruf kha' tanpa titik diatas huruf NUN (dalam makalah ini ditulis pakai bulatan kecil kerana kesulitan teknis) - menunjukkan bahwa huruf NUN tersebut harus dibaca Idhar (jelas). Ingat pelajaran Idhar.

مِن خَيْرٍ - وَيَنؤَ ن عَنْهُ - مَنْ ءَامَنَ
قَدْ سَمِعَ - أَوَعَظْتَ - وَخُضْتُمْ

III. TANDA- TANDA KHUSUS

21. Bila ada tanda huruf Nun ( ) kecil, berarti harus dibaca disana ada Nun Sukun. Satu- satunya pada Qur'an Surat 21 Al- Ambiya' 88, Seperti:

Lihat tulisan aslinya dalam Mushaf Madinah tanpa huruf Nun yang kedua. = نُنْجِيْ

22. Bila ada Ya’ kecil diatas Ya’, berarti sesungguhnya ada dobel Ya’ (Ya’ ganda), seperti pada QS 3 Ali Imron 20 - QS 5 Al- Maidah 111 - QS 7 Al- A'rof 196:

- وَالْأُمِّيِّيْن - الحَوَارِيِّيْنَ - - وَلِيِّيَ
Lihat tulisan aslinya di mushaf madinah pada ayat- ayat tersebut diatas.

23. Bacaan TASHIL ditandai juga dengan BULATAN KECIL diatas Hamzah. Tashil artinya meringankan bacaan Hamzah ke II. Ikuti bacaan guru. Lihat pada Qur'an Surat 41 Fusshilat 44:

أَاَعْجَمِيٌّ

24. Bacaan IMALAH ditandai dengan BELAH KETUPAT KECIL. Imalah artinya mencondongkan harokat Fatkhah ke 2/3 KASROH (Roo dibaca Ree- seperti Republik). Ikuti bacaan guru. Seperti pada Qur'an Surat 11 Hud 41:

بسم الله مَجْرَىهَا وَمُرْسَاهَا

25. Huruf SHOD bertanda SIN diatasnya, maka huruf tersebut harus dibaca SIN. Seperti pada Surat 2/245

والله يَقْبِضُ وَيَبْصُطُ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ
dan Qur'an Surat 2 Al- Baqoroh 245 dan QS. 7 Al- A'rof 69:
وَزَادَكُمْ فِى الْخَلْقِ بَصْطَةً

26. Huruf SHOD bertanda SIN dibawahnya, berarti huruf Shod tersebut BOLEH DIBACA SIN BOLEH DIBACA SHOD, tapi dibaca SIN lebih baik. Contoh pada Surat 52 At- Thur 37:

أَمْ هُمُ الْمُصَيْطِرُوْنَ

27. Huruf SHOD tak bertanda apapun tetap harus dibaca SHOD. Contoh pada Qur'an Surat 88 Al- Ghisyiyah 22.

لَسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُصَيْطِرٍ
Catatan: Bandingkan semua ini pada Mushaf Indonesia yang semua bertanda Sin di atasnya.

28. SAKTAH ditandai dengan Huruf SIN kecil diatas huruf selain Shod.

Saktah yakni berhenti sejenak tanpa nafas selama satu alif.
Menurut Imam ‘Ashim di Al- Qur’an hanya terdapat di 4 (empat) tempat, yaitu:
Surat Al- Kahfi ayat1, Surat Yasin ayat 52, Surat Al- Qiyamah ayat 27 dan Surat Al- Muthoffifiin ayat 14. Berikut contonya berturut- turut:
وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ و عِوَجاً ۞ قَيِّماً..(الكهف 1-2)
مِنْ مَرْقَدِنَا - هَذَا( يس 52)
وَقِيْلَ مَنْ رَاقٍ ( القيامة 27)
كَلَّا بَلْ رَانَ ( المطففين 14)
Bila ada tanda Saktah yang lain, diabaikan.

IV. HAMZAH WASHOL

29. Semua “Al” harus dibaca FATKHAH hamzahnya, baik Al Qomariyah atau Al Syamsyiyah.
Ingat, diatas Alif bukan tanda Dhommah, tapi TANDA HAMZAH WASHOL.
ٱلَّذِى - ٱلْحَمْدُ لِلهِ - ٱلصَّلَوٰةُ - ٱلزَّكَوٰةَ - ٱلشَّمْسُ - ٱلْقَمَرُ

30. Tidak ada TANDA NUN KECIL berharokat kasroh (Nun Iwadl) pada Mushaf Madinah, beda dengan Mushaf Indonesia. Hati- hati, sering keliru baca.

Agar tidak salah, ingat ketentuan berikut:
"Apabila ada TANWIN bertemu dengan HAMZAH WASHOL, maka tanwinnya DIGANTI DENGAN NUN IWADL.Bila harokat asalnya Fatkhatain atau Fatkhah panjang, maka harus dibaca pendek. Bila terpaksa waqof dibaca panjang satu alif".

Contoh:
عُزَيْرٌ ٱبْنُ الله = عُزَيْرُنِ ابْنُ اللهِ (التوبة 30)
جَزَاءً ٱلحُسْنٰى = جَزَاءَن الْحُسْنَىٰ (الكهف 88)
لَهْواً انْفَضُّوا = لَهْوَنِ انْفَضُّوا (الجمعة 11)
قَوْماً اللهُ = قَوْمَ نِ اللهُ (الاعراف 164)
قل هو الله احد ۞ الله الصمد ...قل هو الله احدن الله الصمد
Hati-hati, jangan memakai "Li"- Lillaaah. (kesalahan fatal yang sering dilakukan)

31. Dalam Mushaf cetakan Madinah, Hamzah Washol diawal kalimat tidak diberikan harokat sebagaimana pada Mushaf Indonesia, namun ada potongan kepala huruf Shod (seperti dhommah kecil), maka perhatikan ketentuan berikut:

a. Bila setelah huruf mati berharokat DHOMMAH, maka Hamzah Washol dibaca DHOMMAH. Contoh:
ٱنظُرْ = أُنْظُرْ (النساء 50 ) - ٱقْتُلُوا يُوسُفَ = أُقْتُلُوْا ..(يوسف 9 )
ٱدْخُلُوهَا = أُدْخُلُوْهَا (الحجر 46 )
b. Bila setelah huruf mati berharokat KASROH, maka Hamzah Washol dibaca KASROH. Contoh:
ٱرْجِعُوأ = إِرْجِعُوْا (يوسف 71) – ٱنفِرُوأ = إِنْفِرُوْا (التوبة 41)
اصْبِرْ عَلَى مَا يَقُوْلُ ( ص 18)
c . Bila setelah huruf mati berharokat FATKHAH, maka Hamzah Washol dibaca KASROH .
Contoh:
ٱعْلَمُوأ = إِعْلَمُوْا (المائدة 98) –
ٱتَّبِعُوأ = إِتَّبِعُوْا (أصله إِتْتَبِعُوْا) يس 21
Ingat: Tak ada Hamzal Washol DIBACA FATKHAH kecuali pada “AL” (ٱل)
والله الموفق الى اقوم الطريق

الانتصار في الرد على المعتزلة الأشرار: من نفائس ما كتبه فقهاء الشافعية في اليمن في الاعتقاد

من نفائس ما كتبه فقهاء الشافعية في اليمن في الاعتقاد:
الانتصار في الرد على المعتزلة الأشرار، للعلامة يحيى بن أبي الخير لعمراني (558هـ) صاحب (البيان شرح المهذّب).
د. لبيب نجيب


الأربعاء، 15 مايو 2019

الاثنين، 13 مايو 2019

الدروس التأصيلية في شرح متن الآجرومية في النحو – الشيخ د. سليمان بن عبد العزيز العيوني

الخميس، 11 أبريل 2019

الأحد، 7 أبريل 2019

فتح القريب المجيب شرح متن الغاية والتقريب

فتح القريب المجيب شرح متن الغاية والتقريب، من الكتب المباركة التي اعتنى به فقهاء الشافعية، وقرروه على الطلبة، وكثرت حواشي الفقهاء عليه، ومن أشهرها حاشية العلامة الباجوري رحمه الله تعالى، في أربعة مجلدات طبعة دار المنهاج، وهناك حاشية قوت الغريب الحبيب للعلامة نووي جاوي أخصر من حاشية الباجوري، وهي نفيسة، لا ينبغي لمن درس الكتاب أن يفوته مطالعتها، خاصة وأنه اعتنى بمعتمد العلامة ابن حجر رحمه الله، بخلاف الباجوري الذي اعتنى بمعتمد الرملي أكثر.
#لبيب_نجيب




الجمعة، 22 مارس 2019

الإحرام قبل الميقات لركاب قطار الحرمين

السؤال

كيف يحرم ركاب قطار الحرمين للاحرام من المدينة حيث أنه لا يقف في الميقات، ولا يمكن لبس الاحرام عند مجاوزته لسرعة سيره؟ أفيدونا بارك الله فيكم.
أجاب عنها:
اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء

الجواب

بسم الله الرحمن الرحيم
سبق وأن عرض السؤال على علماء اللجنة الدائمة فأجابوا -وفقهم الله- بما نصه: 
فتوى رقم (26952) وتاريخ 21/11/1437هـ  
الحمد لله وحده والصلاة والسلام على من لا نبي بعده، وبعد:
فقد اطلعت اللجنة الدائمة للفتوى على ما ورد إلى سماحة المفتي العام من معالي الرئيس العام للمؤسسة العامة للخطوط الحديدية برقم (6316ـ37) وتاريخ 13/11/1437هـ والمحال إلى اللجنة من الأمانة العامة لهيئة كبار العلماء برقم (37022907) وتاريخ 15/11/1437هـ وقد سأل معاليه سؤالاً هذا نصه: (بعد فضل الله وتوفيقه فقد قطع مشروع قطار الحرمين السريع مراحل متقدمة جداً، وجاري العمل حالياً في الإعداد لبرامج وخطط التشغيل والتي من المؤمل ان تكون في نهاية العام القادم بإذن الله تعالى، وحيث تثار من آونة لأخرى قضية ميقات اهل المدينة ذي الحليفة والمعروف بين عامة الناس بـ: (أبيار علي) وموضوع ركاب القطار القادمين من المدينة وعدم توقف القطار في الميقات وتمكين المحرمين من الركاب من الإجرام منه، فأحيط علم سماحتكم بأن قطارات المشروع سريعة (تصل سرعتها لـ: 320 كيلو متر في الساعة) وذات سعة عالية (يستوعب كل قطار 417 راكباً) وتربط المحطات المختلفة ببعضها البعض ومن ضمنها محطة المدينة المنورة التي تقع داخل حدود الحرم على طريق الملك عبد العزيز، فبالتالي فإنه يصعب إيقاف القطارات وتنزيل الركاب في الميقات ثم إعادة تحميلهم لمحطة المدينة، وبالقياس على ما أفتى به العلماء من جواز عقد النية والتلبية بمجرد المرور بمحاذاة الميقات كما ثبت في النصوص، فهل يمكن النظر في الأمر أسوة بما هو معمول به في الطائرات حيث يمكن للراكب عقد نيته بمجرد المرور بمحاذاة الميقات بعد أن يتم إخطاره بذلك؟
وبعد دراسة اللجنة للاستفتاء أجابت:
بأنه لا بأس باستعداد قاصد الحج والعمرة في تلك الحال بالإجرام من منزله بالمدينة المنورة وعند انطلاق القطار من المحطة مباشرة ينوي الحاج أو المعتمر الدخول في النسك ويلبي وهو في القطار وذلك نظرا لقرب المسافة إلى الميقات، وخشية تجاوز الميقات -بسبب سرعة القطار- قبل الدخول في النسك، ولأن في الوقوف عند الميقات مع قرب انطلاقه تعطيل لسيرة ومشقة على الركاب، وبالله التوفيق.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم.
اللجنة الدائمة للفتوى
(عضو/ أحمد بن علي سير المباركي)            (عضو/ صالح بن فوزان الفوزان) 
(عضو/ عبد الكريم بن عبد الله الخضير)        (عضو/ عبد الله بن محمد بن خنين)
                                 (عضو/ عبد الله بن محمد المطلق)
                      (الرئيس/ عبد العزيز بن عبد الله بن محمد آل الشيخ)

http://almoslim.net/elmy/290590?fbclid=IwAR1jd7VzKoVHFw34sh_awPovl5l_Dq03UdiTXggeYMzuyu2MC_2OE01r2tE

Bagaimana miqat orang yang naik kereta cepat Madinah - Mekkah?

Bagaimana miqat orang yang naik kereta cepat Madinah - Mekkah?

Fatwa dari lajnah daimah no.26952: Tidak mengapa seseorang mempersiapkan haji atau umrah dari rumahnya di Madinah kemudian segera setelah kereta mulai melaju, ia langsung meniatkan haji dan umrah kemudian bertalbiah di dalam kereta dengan mempertimbangkan dekatnya stasiun dengan miqat (bir Ali) dan khawatir terlewat miqatnya dikarenakan laju kereta yang sangat cepat. (Baca selengkapnya: http://almoslim.net/elmy/290590

Penulis: Ustadz Khairul Umam (https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10219394027104153&set=a.4282480383002&type=3)


الثلاثاء، 12 مارس 2019

الأحد، 3 مارس 2019

الثلاثاء، 26 فبراير 2019

الجامع لشروح الشيخ أ. د. سليمان العيوني في النحو والصرف

الجامع لشروح الشيخ أ. د. سليمان العيوني في النحو والصرف
http://abuzare.blogspot.com/2017/12/blog-post_30.html


الجامع لشروح الشيخ/ أ. د. سليمان العيوني

في النحو والصرف



بسم الله والحمد لله والصلاة والسلام على خير خلق الله وعلى آله وصحبه ومن والاه.
وبعد:

فهذه قوائم تشغيلية وسلاسل علمية نافعة ومهمة في شروح النحو والصرف للشيخ/ سليمان العيوني (@sboh3333) -حفظه الله- الأستاذ الدكتور في قسم النحو والصرف، بكلية اللغة العربية، بجامعة الإمام.

جمعتها من موقع اليوتيوب ومن المواقع والمنتديات العلمية في مكان واحد ليسهل الانتفاع بها.

وقد تم ترتيبها على الحجم في هذه التدوينة.

ومن أراد التسلسل عند الشيخ لدراسة النحو والصرف عبر شروحه الصوتية التي شرحها، فقد أعلن ذلك مرارا على الترتيب التالي:

1- النحو الصغير، وشرحه.
2- الموطأ في الإعراب، وشرحه.
3- الصرف الصغير، وشرحه.
4- شرح متن الأزهرية، المختصر فالمطول.
5- شرح ألفية ابن مالك. 




ومتى ما وقفت بمشيئة الله على شرح جديد كامل أضفته في هذه القائمة ووضعته في مكانه المناسب، وأرحب بتزويدي وتنبيهي بالجديد من شروح الشيخ عبر مدونتي هنا.
أو عبر بريدي الإلكتروني: AbuZare@hotmail.com
أو عبر حسابي في تويتر: @AbuZare

والله أسأل أن يجزي الشيخ خير الجزاء وأن يبارك في علمه وينفع به.



ــــــــــــــــ ، ، ، ــــــــــــــــ

* من أفضل الطرق المجربة في تعلم النحو || أ. د. سليمان العيوني [12 دقيقة].
https://www.youtube.com/watch?v=hQ6Xm-X0nHY

تفريغ كتابي للطريقة:
http://abuzare.blogspot.com.eg/2016/05/blog-post.html

* مقدمة مختصرة عن أهمية علم النحو وبيان طريقة دراسته || أ.د. سليمان العيوني [25 دقيقة].
https://www.youtube.com/watch?v=f2k1O_F-fkQ

* * * * *



* ما يحتاج إليه طالب العلم الشرعي من اللغة العربية || الشيخ/ أ.د. سليمان العيوني [1:27:20 ساعة].

* * * * *

* متن: (النحو الصغير -PDF-) || هو متن كتبه الشيخ سليمان العيوني، مفيد لمن يريد أن يتصور هذا العلم ويبدأ في تعلمه.
https://drive.google.com/file/d/0B-lw2C4uHPG9dXA0ak5uS1ByaVE/view

* مجالس: (شرح متن النحو الصغير -شرح أول-) || أ. د. سليمان العيوني [8 دروس مرئية].

https://www.youtube.com/playlist?list=PLENn4jydsy4KWeLuowuRHpIbiyTuB4auv
رابط أخر للشرح:
http://www.mnakhil.com/?p=1812

* مجالس: (شرح متن النحو الصغير -شرح ثاني-) || أ. د. سليمان العيوني [7 دروس صوتية].
https://archive.org/details/Sharh_Nahw_Saghir_1438H

* مجالس: (شرح متن النحو الصغير -شرح ثاني-) || أ. د. سليمان العيوني [6 دروس مرئية].
https://www.youtube.com/playlist?list=PLCl3g1JqUQj8XeNbxxMsqHq0zEBDsRXFI

* مجالس: (شرح متن النحو الصغير -شرح ثالث-) || أ. د. سليمان العيوني [4 دروس مرئية].
https://www.youtube.com/playlist?list=PLfI-r7gISBSDAIdBDg2Atr5VhOUD5dUbI

* مجالس: (شرح متن النحو الصغير -شرح رابع-) || أ. د. سليمان العيوني [7 دروس مرئية].
https://www.youtube.com/playlist?list=PLJAcC3mcXEVeVGWui2wPC7EGW5Y1QaS68

* مجالس: (شرح متن النحو الصغير -شرح خامس-) || أ. د. سليمان العيوني [2 درس مرئي].
https://www.youtube.com/playlist?list=PLDadn9CSkScO_jEDC1dPeUjvESy5XC4Jh
رابط أخر للشرح:
https://archive.org/details/Sharh_Matn_Nahw_Saghir

* شرح متن: (النحو الصغير -PDF-) || شرح مفرغ منسق.
https://archive.org/details/maktbgarertafregh_gmail_20170616

* * * * *

* مجالس: (شرح الآجرومية -شرح أول-) || أ. د. سليمان العيوني [5 دروس مرئية].
https://www.youtube.com/playlist?list=PLp4Tg3V33TBpTZJe7AYlAW2fSH-uLcIz7

* مجالس: (شرح الآجرومية -شرح ثاني-) || أ. د. سليمان العيوني [6 دروس مرئية].
https://www.youtube.com/playlist?list=PL54tsaxKeZjP3ZXGyP3HpgPY3b4SqNrI_

* مجالس: (شرح الآجرومية -شرح ثالث-) || أ. د. سليمان العيوني [7 دروس صوتية].
https://archive.org/details/oyoni-ajrmiah

* مجالس: (شرح الآجرومية -شرح رابع-) || أ. د. سليمان العيوني [23 درس صوتي].
https://ar.islamway.net/collection/7090/
نفس الشرح السابق على اليوتيوب:
https://www.youtube.com/playlist?list=PLXYzjecpnA_xYu2n350EmzceRtGesgvlD

* مجالس: (شرح الآجرومية [شرح وتمرين] -شرح خامس-) || أ. د. سليمان العيوني [5 دروس مرئية].
https://www.youtube.com/playlist?list=PLDadn9CSkScPW3zCdvfA3Ml8jW5J8cJm7

* * * * *
* متن: (الصرف الصغير -PDF-) || هو متن كتبه الشيخ سليمان العيوني، مفيد لمن يريد أن يتصور هذا العلم ويبدأ في تعلمه.https://drive.google.com/file/d/0ByQrsMWKf5RJWnA4dmJwZEJBT28/view

* مجالس: (شرح متن الصرف الصغير -الشرح الأول في الأحساء-) || أ. د. سليمان العيوني [9 دروس مرئية].
https://www.youtube.com/playlist?list=PLBl5uZFtYUoHBxPyUDsUXuxpUaEKIMItG
تفريغ كتابي للشرح:
https://drive.google.com/file/d/0Bx1wcKHKW8ywZnd6X2lrT2p2U0k/view

* مجالس: (شرح متن الصرف الصغير -الشرح الثاني في الكويت-) || أ. د. سليمان العيوني [7 دروس مرئية].
https://www.youtube.com/playlist?list=PLRjVk6lykWsQysKHzL1UzDGBM-hddgnYk

* * * * *
* كتاب: (الموطأ في الإعراب -بيان لطريقة الإعراب-) || أ. د. سليمان العيوني [PDF].
كتاب صغر الحجم قليل الصفحات غني بمادته العلمية، جمع فيه مؤلفه الشيخ/ أ. د. سليمان العيوني ما يساعد طالب العلم على الفهم بأبسط الوسائل وأقصر الطرق فيوضح فيه أبسط طريقة للإعراب، ليتجاوز الطالب صعوبة إعراب الجُمل.

* مجالس: (شرح الموطأ في الإعراب) || أ. د. سليمان العيوني [5 دروس مرئية].
https://www.youtube.com/playlist?list=PL47q1VKS2ciwnQevtbkvXkPzxkoo8DD5o

* * * * *

* الإعراب أركانه ومصطلحاته وبعض ضوابطه || أ. د. سليمان العيوني [4 ساعات مرئية].
https://www.youtube.com/watch?v=LXhLm2Mnl3A

* * * * *

* مجالس: (شرح منظومة لامية الشبراوي في النحو) || أ. د. سليمان العيوني [3 دروس مرئية].
https://www.youtube.com/playlist?list=PLDadn9CSkScOwoW5essj0sYpGHobBBqNd

* * * * *

* مجالس: (شرح الأزهرية في النحو -شرح مختصر-) || أ. د. سليمان العيوني [6 دروس صوتية].
https://ar.islamway.net/collection/9439/

* مجالس: (شرح الأزهرية في النحو -شرح مطول-) || أ. د. سليمان العيوني [25 درس صوتي].
https://archive.org/details/oyoni-azhariah

* * * * *

* مجالس: (شرح نظم ملحة الإعراب) || أ. د. سليمان العيوني [37 درس صوتي].
https://ar.islamway.net/collection/7145/
رابط أخر:
https://archive.org/details/oioni-milhah

* شرح أخر لـ: (نظم ملحة الإعراب) مقسم على المستويات:
(شرح نظم ملحة الإعراب) -المستوى الأول- || أ. د. سليمان العيوني [11 دروس مرئية].

https://benaa.islamacademy.net/p_files.php?id=24

* (شرح نظم ملحة الإعراب) -المستوى الثاني- || أ. د. سليمان العيوني [11 دروس مرئية].

* (شرح نظم ملحة الإعراب) -المستوى الثالث- || أ. د. سليمان العيوني [12 دروس مرئية].
https://benaa.islamacademy.net/p_files.php?id=37


* * * * *

* مجالس: (شرح قطر الندى وبل الصدى) || أ. د. سليمان العيوني [9 دروس مرئية].
https://www.youtube.com/playlist?list=PLvGji8c2l_tG233v4ndKi7Vt1Y65EysRD



* مجالس: (شرح قطر الندى وبل الصدى) || أ. د. سليمان العيوني [26 درس مرئي].
وهنا تفريغ لهذا الشرح كتابيًا: <فوح الشذا بشرح قطر الندى>:
* * * * *

* مجالس: (شرح الإعراب من قواعد الإعراب) || أ. د. سليمان العيوني [3 دروس مرئية].
https://www.youtube.com/playlist?list=PL6UKNsdlJTXubA0PUYSnI0ouW6X5_qZ6o

* * * * *

* (ألفية ابن مالك - تعريف وتاريخ) || أ. د. سليمان العيوني [01:11 ساعة].
https://ar.islamway.net/lesson/91180/

* مجالس: (فتح الألفية - شرح مختصر لألفية ابن مالك) || أ. د. سليمان العيوني [7 دروس صوتية].


* مجالس: (شرح ألفية ابن مالك) || أ. د. سليمان العيوني [146 درس صوتي - كامل].

https://www.youtube.com/playlist?list=PL2cbBTZJn7vvAl6FF7jAp0Xw8ErBgT7cL

نسخة أخرى:
* مجالس: (شرح ألفية ابن مالك) || أ. د. سليمان العيوني [145 درس صوتي - كامل].
https://archive.org/details/oyoni-alphiah
وهنا مرئي -غير مكتمل-:
https://www.youtube.com/playlist?list=PLCl3g1JqUQj_8jJFo5BemJPu3dDZlE97a