الاثنين، 10 يونيو 2019

Mengenal Mushaf Madinah dan Musykilatnya

MENGENAL MUSHAF MADINAH DAN MUSYKILATNYA

Oleh: H. Khaeruddin Khasbullah
(Berdasar saran teman- teman agar artikel ini ditampilkan ulang terpisah dengan artikel Tajwid, sehingga lebih mudah ditela'ah)

Sekarang ini banyak beredar Mushaf cetakan Timur Tengah (selanjutnya disebut Mushaf Madinah). Karena cetakannya bagus dan tulisannya terang, banyak kaum muslimin yang tertarik untuk menggunakannya, namun disisi lain banyak kaum muslimin Indonesia yang belum mengenal tanda baca yang dipakai pada Mushaf ini sehingga mereka sering mengalami kesulitan bahkan salah dalam membacanya.

Tidak sebagaimana Mushaf Qur’an gaya tulisan Asia Tenggara (Mushaf Turki Utsmany), Mushaf Madinah walaupun sama- sama berdasar QIRO’AT IMAM ASHIM ALA RIWAYATI HAFSH BITHORIQOTI ASYATIHIBIYYAH, ia memiliki tanda- tanda baca dan penulisan khusus yang tidak biasa dipakai dalam Mushaf Indonesia/ Asia Tenggara, sehingga bagi pemula dan bagi mereka yang kurang memahami bahasa Arab, sering terjadi kesalahan baca yang kadang- kadang berakibat menjadi berubah makna kandungannya, dan ini tentu saja tidak boleh terjadi.

Maka atas dasar keprihatinan tersebut, atas karunia dan seizin Allah semata, penulis berusaha akan menjelaskannya kepada para pembaca dan pencinta Ilmu Al- Qur’an, mudah- mudahan dengan asbab tulisan yang kami buat ringkas ini dapat bermanfaat bagi segenap kaum muslimin muslimat dan bagi siapapun yang membaca dan mempelajarinya dan insya Allah Biaunillah akan menjadi amal jariyah bagi penulis sepanjang masa. Amin.

Maka inilah beberapa tanda baca dan tulisan khusus yang dipergunakan pada Mushaf Madinah, penulis paparkan kan berdasarkan Al- Mushaf Al-Muyassar karya As- Syaikh Abdul Jalil Isa dan berdasarkan kitab- kitab yang lain seperti kitab Al-Muqni’u Fi Rosmi Masohifil Amshor oleh Imam Abu Amr Ad- Dani, dll:

MOHON MAAF SEBELUMNYA, MUNGKIN ADA BEBERAPA KARAKTER (TULISAN) YANG TIDAK BISA DITULISKAN DENGAN SEBENARNYA SESUAI MUSHAF ASLINYA PADA BLOG INI SEHINGGA DIGANTI DENGAN PENJELASAN AGAR PEMIRSA BERKENAN MELIHAT TULISAN ASLINYA DI MUSHAF CETAKAN MADINAH.

بسم الله الرجمن الرحيم
اللهم صل على سيدنا مجمد وعلى ال سيدنا محمد

I. TANDA MAD/ GHOIRU MAD.
1.Mad Badal dituliskan dengan menggunakan Hamzah + Alif ( ءا ) sebagai pengganti alif dengan tanda Fatkhah panjang ( اٰ ). Seperti:

ءَادَمَ = اٰدَمَ - ءَامَنُواْ = اٰمَنُوْا - ءَازَرَ = اٰزَرَ

2. Bila Hamzah berada DITENGAH Lam Alif ( لأ ), maka Hamzah harus dibaca panjang sebagai Mad Badal, beda dengan Hamzah DIUJUNG Lam Alif ( لا ), seperti:
لَأَيَاتٍ = لاٰ يَاتٍ - لَأَيَةً = لَاٰيَةً

3. Sedangkan pada kalimat- kalimat dibawah ini dimana Hamzah ditulis DIUJUNG Lam Alif, maka Hamzah dibaca pendek, kecuali bila setelahnya ada Wawu sukun dan hamzahnya berharokat dhommah, seperti:

لَا َٔوْضَعُوا - لَا َٔعَدُّوا - لَأَرَيْنَكُمْ - لَأَرْجُمَنَّكُمْ
Lihat tulisan aslinya di Mushaf Madinah anda pada: QS.9 At- Taubah 46, 47, QS. 47 Muhammad 30.

4. Tanda Alif kecil ( ا ), Ya’ kecil ( ﮮ ) dan Wawu kecil (و ) TANPA SYAKAL adalah tanda mad, harus dibaca panjang. Seperti:

ذَٰلِكَ = ذَالِكَ - يَلْوُونَ = يَلْوُوْنَ - إِﮮلَٰفِهِمْ = اِيْلَافِهِمْ

5. Begitu juga bila Wawu kecil atau Ya’ kecil itu jatuh setelah Ha’ Dhomir, maka Ha’ nya dibaca panjang sebagai Mad Shilah. Seperti:

لَهُ و = لَه’ بِهِﮮ = بِهٖ
Hati- hati saat Waqof
(لَهُ و ) diwaqof =”Lah”. Bukan “Lahu”
(بِهِﮮ ) diwaqof =”Bih”. Bukan “Bihi”

6. Bila ada Wawu diatasnya ada Alif berdiri dan sebelumnya ada huruf berharakat Fatkhah, maka Wawunya dianggap tidak ada dan dianggap sebagai Alif (Mad). Seperti:

ٱلصَّلَوٰةَ = الصَّلَاةَ - ٱلزَّكَوٰة = الزَّكَاَةَ - ٱلحَيَوٰةَ = الحَيَاةَ -
ٱلرِّبَوٰ = الرِّبَا

7. Huruf Ya’ ( ى ) tak bertitik bila diatasnya ada tanda alif kecil, maka Ya’ nya dianggap tidak ada dan dibaca sebagai Alif (Mad). Seperti:

هَدىنِ = هَدَانِ - التَّوْرَىٰةَ = التَّوْرَاةَ - أَرَىٰكَ = اَرَاكَ
Lihat tulisan aslinya di Mushaf Madinah anda pada:QS. 6 Al- An'am 80, QS. 4 An- Nisa' 104
8.Bila ada huruf Ya’ ( ى ) tak bertitik dan tak berharokat di AKHIR KALIMAT, maka berarti ia adalah Ya’ sukun sebagai tanda Mad. Seperti:

ٱلَّذِى = الَّذِيْ - يُوحِى = يُوْحِيْ - رَبِّى = رَبِّيْ

9. Namun bila DIBAWAH Ya’ ada Hamzah, maka Hamzah dibaca pendek, Ya’ bukan tanda Mad!... Seperti pada QS 10 Yunus 15 dan QS. 51 Adz- Dzariyat 43:

تِلْقَآئِ نَفْسِى = تِلْقَآءِ نَفْسِيْ ( QS. 10 Yunus 15)
وَرَآئِ حِجَابٍ = وَرَءِ حِجَابٍ ( QS.51Adz- Dzariyat 43)

Lihat tulisan aslinya di Mushaf Madinah anda.

10.B andingkan dengan tulisan dan tanda dibawah ini dimana Hamzah juga dibaca pendek:

مِن نَّبَإْ ى = مِنْ نَبَإِ (QS.6 Al- An'am 34)
لِشَاْىءٍ = لِشَيْءٍ (QS.18 Al- Kahfi 23)
وَمَلَإىْهِ = وَمَلَئِهِ (QS.7 Al- A'rof 103)
أَفَإِ ىْنْ = أَفَ ئِنْ (QS.3 Ali Imron 144, QS.21 Al- Ambiya' 34 )

11.Tanda bulat kecil ( ° ) diatas sebuah huruf, berarti huruf tersebut dianggap tidak ada dan tidak usah dibaca. Awas hati- hati kabalikan dalam Qur’an Indonesia yang kadang dipakai sebagai tanda sukun. Seperti:

أُوْلٰئِكَ - أُوْلِى أَجْنِحَةٍ - أُوْلُوأ الْعِلْمِ - وَأُٔوْلٰتُ ٱلأَحْمَالِ -
يَتْلُواْ صُحُفاً - مِن نَّبَإِىْ الْمُرْسَلِيْنَ - ءامنواْ - بَنَيْناَ بأييْد
Hati- hati, Wawu tak berharokat justru sebagai tanda Mad!!!
Seperti:

أُولَٰهُمْ لِأُخْرَاهُمْ (QS 7 Al- A'rof 39)
(لَفِى الصُّحُفِ الْأُولَٰىٰ (QS.87 Al- A'la 18)
Penting: - Pada lafadh Tsamuuda bila di Waqof, “Dal” nya disukun, menjadi Mad Aridh Lissukun...Tsamuuud. (Bila washol, DA dibaca pendek).

۞ ثَمُوْداْ - ثَمُودَ - ثَمُودْ

12. Tanda BULAT PANJANG kecil ( ) diatas Alif menunjukkan bahwa pada SAAT WASHOL DIBACA PENDEK – SAAT WAQOF DIBACA PANJANG. Seperti:

أناْ - لكنا ْ - الظنونا ْ - السبيلا ْ - الرسولاْ-
قَوَارِيْرَاْ (الإنسان ١٥)
Lihat tulisan aslinya di Mushaf Madinah anda pada:QS. 18. Al- Kahfi 38, QS. 33 Al Ahzab 10, 66,67.
Catatan:
- Khusus pada Surat Al- Insan ayat 16, bila diwaqof DISUKUN:

قَوَارِيْرَا ْ قَوَارِيرْ۞ (الإنسان 15)
- Khusus pada Surat Al- Insan ayat 4 bila diwaqof BOLEH DISUKUN atau DIBACA PANJANG SATU ALIF, yakni:
سَلاَسِلَا ْ - سَلَاسِلاَ ۞ \ سَلاَسِلْ۞

13. Pada contoh dibawah ini Wawu dibaca pendek, bila terpaksa Waqof, Wawu disukun menjadi Mad Thobi'i

لِتَتْلُوَاْ - لِيَرْبُوَاْ - لِيَبْلُوَاْ - وَنَبْلُوَاْ - لَنْ نَدْعُوَاْ
Lihat tulisan aslinya di Mushaf Madinah anda pada:QS. 13 Ar- Ro'du 30, QS. 30 Ar- Ruum 39, QS. 47 Muhammad 4 dan 31, QS. 18 Al- Kahfi 14

14. Hamzah diatas Wawu + Alif bertanda bulat kecil, maka Wawu dan Alifnya tidak dibaca, seperti:

ٱلعُلَمَاؤُاْ = العُلَمَاءُ - أَنبَاؤُاْ = اَنْبَاءُ - ٱلضُّعَفَاؤُاْ = الضُّعَفَاءُ
شُرَكَآؤُاْ = شُرَكَاءُ - يَتَفَيَّؤُاْ = يَتَفَيَّأُ - يُنَشَّؤُاْ = يُنَشَّأُ - ويدرؤا = ويدرء
Lihat tulisan aslinya di Mushaf Madinah anda pada: QS. Al- An'am 94, QS.35 Fathir 28, QS.43. Az- Zukhruf 18, QS.42 As- Syuro 40, QS 24. An- Nur 8, dll.

II. IDGHOM KAMIL/ NAQIS

Dalam Mushaf Madinah dikenal Idghom Kamil (Lebur Sempurna) dan Idghom Naqis (Lebur Tak Sempurna) baik untuk Idghom Mutaqorribain/ Mutajannisain/ Idghom Bighunnah/ Idghom Mimy, dsb. Berikut penjelasannya.

15. Huruf TAK BERHARAKAT APAPUN disusul dengan huruf bertasydid menunjukkan bahwa huruf yang pertama “lebur” secara sempurna (Idghom Kamil), seperti:

- أُجِيْبَت دَّعْوَتُكُمَا - يَلْهَث ذّالِكَ - وَقَالَت طَّائِفَةٌ - وَمَن يَّكْرَههُّن
- اركب معنا
Lihat tulisan aslinya di Mushaf Madinah anda pada:QS.7 Al- A'rof 176, QS.11 Hud 42, QS.33 Al- Ahzab 13, QS. 24 An- Nur 33, dll.

16. Huruf TAK BERHARAKAT APAPUN disusul dengan huruf tak bertasydid menunjukkan bahwa huruf yang pertama:

a. IDGHOM, “Lebur” secara tidak sempurna (Idghom Naqis) kedalam huruf berikutnya. Seperti:

فَرَّطتُمْ - بَسَطتَ - أَلَمْ نَخْلُقكُمْ -
مَن يَقُولُ - مِن وَالٍ

b. IKHFA', ”Samar” bila huruf yang tak berharokat itu ADALAH huruf NUN tatkala bertemu dengan huruf lima belas, atau huruf MIM ketika ketemu BA’. Lihat keterangan tentang Ikhfa’, baik Ikhfa’ Haqiqy atau Ikhfa’ Syafawi, seperti:

مِن تَحْتِهَا - مِن ثَمَرَةٍ - إِنَّ رَبَّهُم بِهِمْ

17. IQLAB, "Berubah". Meletakkan huruf MIM kecil didepan harokat Fatkhah, Dhommah atau Kasroh nya huruf NUN menunjukkan bahwa huruf NUN itu “berubah”/ Iqlab seperti membaca huruf MIM yang tersamar disertai dengung. Lihat kembali pelajaran IQLAB.

Contoh pada QS 98/4 - QS 13/43 - 68/13:
شهيدا بينى ( QS. 13. Ar- Ro'du 43, QS. Al- Ahqof 8)
من بعد ما جاءتهم (QS. 98 Al- Bayyinah 4)
عتل بعد ذالك زنيم (QS. 68 Al- Qolam 13)

18. Penulisan dua harokat GANDA Dhommatain- Fatkhtain- Kasrotain , menunjukkan TANWIN yang dibaca Idhar (jelas). Ingat kembali pelajaran Idhar.

سَمِيْع̋ عَلِيْمٌ - وَلاَ شَرَابا ًإِلَّا - قَوْمٍ هَاد

19. Penyusunan harokat ganda tersebut diatas bila diikuti huruf yang bertasydid, menunjukkan terjadinya Idghom Kamil. Ingat pelajaran tentang hukum Nun Mati dan Tanwin.

خُشُب̋ مُّسَنَّدَةٌ - غَفُوراً رَّحِيماً - وُجُوه̋ يَّوْمَئِذٍ نَّاعِمَةٌ

20. Meletakkan tanda potongan kepala huruf kha' tanpa titik diatas huruf NUN (dalam makalah ini ditulis pakai bulatan kecil kerana kesulitan teknis) - menunjukkan bahwa huruf NUN tersebut harus dibaca Idhar (jelas). Ingat pelajaran Idhar.

مِن خَيْرٍ - وَيَنؤَ ن عَنْهُ - مَنْ ءَامَنَ
قَدْ سَمِعَ - أَوَعَظْتَ - وَخُضْتُمْ

III. TANDA- TANDA KHUSUS

21. Bila ada tanda huruf Nun ( ) kecil, berarti harus dibaca disana ada Nun Sukun. Satu- satunya pada Qur'an Surat 21 Al- Ambiya' 88, Seperti:

Lihat tulisan aslinya dalam Mushaf Madinah tanpa huruf Nun yang kedua. = نُنْجِيْ

22. Bila ada Ya’ kecil diatas Ya’, berarti sesungguhnya ada dobel Ya’ (Ya’ ganda), seperti pada QS 3 Ali Imron 20 - QS 5 Al- Maidah 111 - QS 7 Al- A'rof 196:

- وَالْأُمِّيِّيْن - الحَوَارِيِّيْنَ - - وَلِيِّيَ
Lihat tulisan aslinya di mushaf madinah pada ayat- ayat tersebut diatas.

23. Bacaan TASHIL ditandai juga dengan BULATAN KECIL diatas Hamzah. Tashil artinya meringankan bacaan Hamzah ke II. Ikuti bacaan guru. Lihat pada Qur'an Surat 41 Fusshilat 44:

أَاَعْجَمِيٌّ

24. Bacaan IMALAH ditandai dengan BELAH KETUPAT KECIL. Imalah artinya mencondongkan harokat Fatkhah ke 2/3 KASROH (Roo dibaca Ree- seperti Republik). Ikuti bacaan guru. Seperti pada Qur'an Surat 11 Hud 41:

بسم الله مَجْرَىهَا وَمُرْسَاهَا

25. Huruf SHOD bertanda SIN diatasnya, maka huruf tersebut harus dibaca SIN. Seperti pada Surat 2/245

والله يَقْبِضُ وَيَبْصُطُ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ
dan Qur'an Surat 2 Al- Baqoroh 245 dan QS. 7 Al- A'rof 69:
وَزَادَكُمْ فِى الْخَلْقِ بَصْطَةً

26. Huruf SHOD bertanda SIN dibawahnya, berarti huruf Shod tersebut BOLEH DIBACA SIN BOLEH DIBACA SHOD, tapi dibaca SIN lebih baik. Contoh pada Surat 52 At- Thur 37:

أَمْ هُمُ الْمُصَيْطِرُوْنَ

27. Huruf SHOD tak bertanda apapun tetap harus dibaca SHOD. Contoh pada Qur'an Surat 88 Al- Ghisyiyah 22.

لَسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُصَيْطِرٍ
Catatan: Bandingkan semua ini pada Mushaf Indonesia yang semua bertanda Sin di atasnya.

28. SAKTAH ditandai dengan Huruf SIN kecil diatas huruf selain Shod.

Saktah yakni berhenti sejenak tanpa nafas selama satu alif.
Menurut Imam ‘Ashim di Al- Qur’an hanya terdapat di 4 (empat) tempat, yaitu:
Surat Al- Kahfi ayat1, Surat Yasin ayat 52, Surat Al- Qiyamah ayat 27 dan Surat Al- Muthoffifiin ayat 14. Berikut contonya berturut- turut:
وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ و عِوَجاً ۞ قَيِّماً..(الكهف 1-2)
مِنْ مَرْقَدِنَا - هَذَا( يس 52)
وَقِيْلَ مَنْ رَاقٍ ( القيامة 27)
كَلَّا بَلْ رَانَ ( المطففين 14)
Bila ada tanda Saktah yang lain, diabaikan.

IV. HAMZAH WASHOL

29. Semua “Al” harus dibaca FATKHAH hamzahnya, baik Al Qomariyah atau Al Syamsyiyah.
Ingat, diatas Alif bukan tanda Dhommah, tapi TANDA HAMZAH WASHOL.
ٱلَّذِى - ٱلْحَمْدُ لِلهِ - ٱلصَّلَوٰةُ - ٱلزَّكَوٰةَ - ٱلشَّمْسُ - ٱلْقَمَرُ

30. Tidak ada TANDA NUN KECIL berharokat kasroh (Nun Iwadl) pada Mushaf Madinah, beda dengan Mushaf Indonesia. Hati- hati, sering keliru baca.

Agar tidak salah, ingat ketentuan berikut:
"Apabila ada TANWIN bertemu dengan HAMZAH WASHOL, maka tanwinnya DIGANTI DENGAN NUN IWADL.Bila harokat asalnya Fatkhatain atau Fatkhah panjang, maka harus dibaca pendek. Bila terpaksa waqof dibaca panjang satu alif".

Contoh:
عُزَيْرٌ ٱبْنُ الله = عُزَيْرُنِ ابْنُ اللهِ (التوبة 30)
جَزَاءً ٱلحُسْنٰى = جَزَاءَن الْحُسْنَىٰ (الكهف 88)
لَهْواً انْفَضُّوا = لَهْوَنِ انْفَضُّوا (الجمعة 11)
قَوْماً اللهُ = قَوْمَ نِ اللهُ (الاعراف 164)
قل هو الله احد ۞ الله الصمد ...قل هو الله احدن الله الصمد
Hati-hati, jangan memakai "Li"- Lillaaah. (kesalahan fatal yang sering dilakukan)

31. Dalam Mushaf cetakan Madinah, Hamzah Washol diawal kalimat tidak diberikan harokat sebagaimana pada Mushaf Indonesia, namun ada potongan kepala huruf Shod (seperti dhommah kecil), maka perhatikan ketentuan berikut:

a. Bila setelah huruf mati berharokat DHOMMAH, maka Hamzah Washol dibaca DHOMMAH. Contoh:
ٱنظُرْ = أُنْظُرْ (النساء 50 ) - ٱقْتُلُوا يُوسُفَ = أُقْتُلُوْا ..(يوسف 9 )
ٱدْخُلُوهَا = أُدْخُلُوْهَا (الحجر 46 )
b. Bila setelah huruf mati berharokat KASROH, maka Hamzah Washol dibaca KASROH. Contoh:
ٱرْجِعُوأ = إِرْجِعُوْا (يوسف 71) – ٱنفِرُوأ = إِنْفِرُوْا (التوبة 41)
اصْبِرْ عَلَى مَا يَقُوْلُ ( ص 18)
c . Bila setelah huruf mati berharokat FATKHAH, maka Hamzah Washol dibaca KASROH .
Contoh:
ٱعْلَمُوأ = إِعْلَمُوْا (المائدة 98) –
ٱتَّبِعُوأ = إِتَّبِعُوْا (أصله إِتْتَبِعُوْا) يس 21
Ingat: Tak ada Hamzal Washol DIBACA FATKHAH kecuali pada “AL” (ٱل)
والله الموفق الى اقوم الطريق

0 التعليقات:

إرسال تعليق