Betapa Indahnya Tangisan Mereka
-------------
Abu Dawud rahimahullah mengisahkan: "Aku memasuki rumah Kurz al-Haaritsi. Kudapati ia menangis. 'Apa yang membuatmu menangis...??' tanyaku. Dia menjawab;
"Semalam aku tidak membaca--walau--satu hizb (beberapa ayat) al-Qur-an. Aku menduga, tidaklah itu terjadi melainkan (sebagai hukuman) karena suatu dosa yang telah aku lakukan."
📙 al-Hilyah: 5/79.
Catatan Fawaid:
----------------
----------------
1. Para Salaf sangat jarang melakukan dosa. Sehingga mereka bisa mengingat dan menghitung dosa yang pernah mereka lakukan dengan mudah. Sebab mereka punya rutinitas ibadah lain selain ibadah-ibadah yang biasa dilakukan oleh kebanyakan orang, yaitu; me-muhasabah diri atau meng-hisab diri setiap saat, sebelum di-hisab Allah kelak.
2. Saat mereka lupa atau kesulitan meng-hisab diri mereka, dalam artian; kesulitan mencari dan meneliti dosa apa yang telah terjadi, mereka menuduh diri, takut, bersedih, lanjut menangis. Silakan bandingkan dengan keadaan diri kita hari ini.
3. Para Salaf meyakini bahwa tercegahnya seseorang dari wirid atau rutinitas ibadah yang selalu ia jaga, adalah bagian dari hukuman akibat dosa.
Lihat bagaimana Kurz al-Haaritsi menangisi amalan rutin tilawah yang luput darinya. Ia tahu, luput membaca al-Qur-an, tidaklah bernilai dosa. Namun ia menangis karena "dosa" yang lain, "dosa" yang berusaha ia cari namun belum kedapatan saking halus dan tipisnya "dosa" tersebut. "Dosa" yang halus tersebut, boleh jadi secara hukum fiqih bukanlah dosa, melainkan hanya bisikan di hati yang sedikit mengurangi beningnya keikhlasan, atau tindakan kurang wara' yang dekat kepada syubhat, atau yang sejenisnya.
Aduh...!! Betapa indahnya kehidupan hati para Salaf. Taman-taman surga sudah lebih dulu ada di hati mereka, sebelum taman surga sesungguhnya kelak di akhirat.
0 التعليقات:
إرسال تعليق